Saturday 18 September 2010

GEORDIE

Geordies keluar dari St. James Park Stadium setelah pertandingan.
Kita bisa tahu hasil pertandingan dengan melihat ekspresi wajah-wajah mereka.
Pertamakali bertemu dan berbicara dengan bule di Newcastle, membuat ku frustasi. Bahasa Inggris yang sudah ku pelajari selama puluhan tahun seperti tak berbekas sama sekali. Hanya beberapa patah kata saja yang ku mengerti. Ku piker, karena bule ini adalah bule Inggris asli dan berada di tanah Inggris juga, maka pastilah ini Bahasa Inggris yang sebenarnya. Pengajar di negeri asal ku kurang tepat dalam menjelaskan cara pengucapan kata per kata. Bayangan kesulitan menghadapi perkuliahan disini menghantui pemikiranku.

Wednesday 15 September 2010

HANYA KARENA NAMA

“I have just been performing some maintenance to the website to remove spam emails that are sent during the submission period. The spam emails are easily recognisable as their first and last names in the user list are identical.  Although when checking each record of this type I noticed that yours was a genuine submission, I’m afraid I was on auto-pilot and deleted your record instead of passing it over. Could you please send your abstract again to both myself and Stephen Potter?”

Demikian bunyi sebuah e-mail yang kuterima pagi ini yang membuatku terperangah. Bagaimana tidak. Gara-gara namaku yang hanya terdiri dari satu kata ini, membuat abstrak paper yang kutulis untuk sebuah conference hampir saja tereliminasi. “The spam emails are easily recognisable as their first and last names in the user list are identical,” demikian bunyi kalimat yang menyakitkan itu. E-mail dari ku dianggap SPAM. Padahal e-mail itu aku kirim dari alamat e-mail resmi universitas yang menaungiku.

Sunday 5 September 2010

PhD is not only about research

PhD is not only about reserach...begitulah suatu hari seorang teman menasehatiku. Dia menyarakan agar aku tidak hanya terpaku pada riset dan berpedoman kepada handbook yang diberikan. Namun lebih dari itu, dia menyarakan agar aku belajar dari pengalaman PhD student terdahulu, terutama yang berada pada bidang riset yang sama, supervisor yang sama dan kampus/kota yang sama. Menurutnya, sebagian besar dari permasalahan penyelesaian study PhD itu justru berada pada hal-hal di luar dari riset itu sendiri. "Waktu tiga tahuan yang disediakan untuk penyelesaian riset PhD itu sudah lebih dari cukup jika tidak ada hal lain yang mempengaruhi. Tapi betapa banyak kita saksikan PhD student menghabiskan waktu lebih lama bahkan sampai diberhentikan karena risetnya tidak kunjung selesai. Kamu mesti berhati-hati." demikian dia menegaskan. Sungguh aku tak mengerti, walau telah ia jelaskan dengan demikian gamblang, bahwa ada banyak hal yang mempengaruhi capaian seseorang dalam menggapai gelar akademik tersebut. Bagiku riset yang sedang kuhadapi saja sudah cukup membuatku kewalahan.