Tuesday 13 September 2011

Membangkit Peradaban Islam; Sudut Pandang KIBAR



Tidak disangka ternyata tulisan mengenai tema membangkit peradaban Islam yang kutulis dan dimuat di Eramuslim (klik disini) beberapa bulan yang lalu ternyata banyak di share di berbagai blog. Antara lain bisa ditemui di sini dan di sini.

Sayangnya di blog sendiri malah kelupaan. Ya udah, berikut ku up-load lagi di blog sekaligus sebagai arsip. Selamat menikmati.



Membangkit Peradaban Islam; Sudut Pandang KIBAR

by. Yosritzal

Sebagaimana kita ketahui, bahwa pada masa lalu peradaban Islam setelah masa Rasulullah SAW dan para Shahabat RA, pernah mencapai masa gemilangnya dimana banyak sekali produk-produk ilmuwan muslim dan kebudayaan muslim menginspirasi dan memberikan kontribusi yang sangat gemilang bagi peradaban dunia. Kontribusi tersebut semakin nyata di saat terjadinya masa kegelapan di dunia Barat, walaupun sedikit sekali literature yang mencatat dan mengakuinya. Namun, selama beberapa masa setelah itu kita melihat bahwa kaum muslimin seperti mengalami kemunduran dan sudah tidak menonjol lagi dalam mempengaruhi peradaban dunia. Kenapa hal ini bisa terjadi, padahal menurut keyakinan ummat Islam, Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya?

Abad 21 telah dicanangkan sebagai abad kebangkitan Islam. Berbagai organisasi dan berbagai seminar telah dilaksanakan untuk mendukung terwujudnya kebangkitan peradaban Islam tersebut. Sayangnya mayoritas diskusi-diskusi yang berkembang hanyalah sebatas nostalgia kejayaan masa lalu. Belum ada kesepahaman bagaimana cara mewujud kembali kejayaan peradaban Islam itu kembali di masa yang akan dating.

Oleh karena itu, Kibar berusaha untuk mengarahkan diskusi-diskusi tersebut selangkah lebih maju yakni setelah mempelajari capaian-capaian peradaban di masa lalu, maka saatnya bagi seluruh komponen muslim untuk mulai berpikir langkah strategis untuk mencapai kejayaan tersebut kembali dimasa mendatang. Itulah sebabnya maka pada beberapa gathering Kibar belakangan ini tema besar yang diusung adalah mengenai Membangkit Peradaban Islam.

Pada Kibar Autumn Gathering 2009 di Manchester, tema-tema mengenai penemuan-penemuan yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim diuraikan oleh berbagai nara sumber serta kontribusi muslim dalam membentuk peradaban dunia. Lalu pada Kibar Spring Gathering 2009, pembicara saat itu yakni Dr. Adian Husaini dan Dr. Fahmi Zarkasi memberikan beberapa poin penting akan kondisi ummat muslim saat ini serta utopia akan bangkitnya kembali peradaban Islam yang tinggi ini.

Berangkat dari hal tersebut, maka Kibar Autumn Gathering 2009 di Newcastle, kami merasa perlu mendudukkan langkah-langkah strategis dalam mewujudkan kejayaan peradaban Islam dengan mencontoh pada tuntunan Rasululllah SAW. Maka pada kesempatan tersebut, dengan berasusmsi bahwa pribadi-pribadi muslim saat ini sudah memahami kewajibannya untuk terus meningkatkan kulitas diri masing-masing, maka Kibar mengangkat tema membangkit peradaban melalui penguatan keluarga. Keluarga adalah bentuk komunitas pertama dan terkecil dalam peradaban. Peradaban Muslim yang tinggi akan tercermin jika setiap muslim memiliki kualitas yang baik dan mampu menciptakan suasana Islami dalam kehidupan keluarganya. Dalam hal ini, pembentukan peradaban sudah dimulai sejak menetapkan diri untuk siap membentuk keluarga, mencari pasangan, mengikat diri dalam ikatan pernikahan sampai kepada proses pendidikan anak sebagai generi penerus. Setiap langkah tersebut mestilah melalui tahapan yang sesuai dengan tuntunan nilai-nilai Islam.

Berikutnya, jika pembentukan keluarga sudah dilakukan dengan baik maka langkah selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan peran keluarga tersebut dalam mewarnai masyarakat sekitarnya agar dapat hidup secara Islami. Tidak cukup seseorang merasa bahwa diri dan keluarganya telah sholeh lalu melupakan dan tidak peduli dengan kualitas diri para tetangganya. Untuk itu, langkah-langkah dakwah setiap anggota keluarga mesti terus dilakukan untuk membina masyarakat sekitarnya. Pembinaan masyarakat dapat dilakukan melalui organisasi-organisasi dakwah dan pemberdayaan masyarakat. Mustahil sebuah peradaban tinggi akan bisa dibentuk jika masyarakatnya lemah di segala sisi, baik sisi ekonomi, pendidikan, dan bidang-bidang lainnya.

Itulah makanya dalam Kibar Spring Gathering 2011 di Southamton tanggal 16-17 April 2011 kemaren, tema yang diambil adalah ‘Membangkit Peradaban Islam Melalui Penguatan Masyarakat.’ Hadir dalam kegiatan tersebut sekitar 250 orang muslim Indonesia se Britania Raya. Kegiatan yang dibuka dan ditutup oleh Atase Pendidikan KBRI London, Bapak Prof. T. K. Fauzi Sulaeman tersebut menampilkan pembicara kunci Dr. Abdul Bari (Mantan Sekretaris Jenderal Mouslim Council of Britain/MCB, sebuah organisasi yang menaungi warga muslim se Britania Raya). Turut hadir memberikan dukungan Bapak Kolonel Nurchahyanto (Atase Pertahanan KBRI London) dan beberapa pembicara utama.

Sejalan dengan Kibar, menurut Dr. Abdul Bari, seorang muslim itu haruslah seperti seorang sopir. Seorang sopir harus melihat tiga hal yaitu, keadaan dibelakang, keadaaan jauh di depan serta keadaan yang sedang dihadapi persis di depan mata. Masa lalu harus terus diperhatikan karena sejarah mengandung nilai-nilai pelajaran dan hikmah yang cenderung akan berulang, namun jangan terlena dengannya. Masa depan adalah sebuah visi yang terus dipegang. Sedangkan dalam bertindak, seorang muslim tidak boleh lengah dengan kondisi yang kekinian. Berpikir global dan komprehensif namun mesti bertindak local secara bersama-sama. Jika setiap muslim memiliki visi ke depan yang sama, maka dengan bertindak menyelesaikan segala factor penghambat disekitarnya (local), maka Insya Allah ummat Islam akan mampu menunjukkan ketinggian peradaban Islam tersebut di masa yang akan datang.

Wallahu’alam.

Ritzal405

Friday 2 September 2011

Memaknai Eidul Fitri

Berpose dahulu sebelum memasuki lokasi Shalat Eid
Mengakhiri Ramadhan tahun ini, saya mencoba berbagi isi khutbah Eidul Fitri belasan tahun silam. Saat itu saya merayakan eidul Fitri di kampung halaman di pinggiran Danau Singkarak. Yang sangat berkesan dari khutbahnya itu adalah kemampuan sang khatib membawakan alur berpikir secara sederhana mengenai hakekat kemenangan di Hari Raya Eidul Fitri. Beliau menyitir Al-Quran surat Asy-Syam ayat 8-10 sbb: