Membaca kapan dan di manapun |
Pendahuluan
Perintah pertama yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad adalah perintah membaca. Sebagai wahyu pertama
turun, perintah ini menyiratkan betapa pentingnya membaca tersebut.
Sayangnya perintah membaca ini banyak terlupakan oleh ummat Islam masa kini. Tidak usah jauh-jauh. Lihat saja minat baca masyarakat Indonesia yang notabene adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Jarang sekali kita melihat orang Indonesia yang menjadikan buku sebagai salah satu perlengkapan yang dibawa di samping kosmetik dan smartphone. Kebanyakan menyatakan tidak membawa buku karena berat dan tidak ada waktu untuk membaca.
Jika kita lihat teman-teman kita
warga negara maju, umumnya mereka telah menjadikan buku sebagai bagian dari
aktifitas harian. Kemanapun dan dimanapun, mereka selalu menyempatkan diri
untuk membaca. Entah itu sekedar membaca surat kabar, majalah atau malah bacaan
berat seperti handbook-handbook. Di terminal-terminal dengan mudah ditemukan
toko-toko buku yang menjual buku novel murah namun tidak murahan. Buku-buku
tersebut merupakan buku best seller yang setelah dipakai kemudian disumbangkan
ke charity untuk kemudian dijual lagi
dengan harga yang jauh lebih rendah. Di atas kereta atau bus, orang-orang ini
selalu disibukkan dengan kegiatan membaca.
Tablet untuk membaca e-book |
Riset yang penulis lakukan di
Inggris menunjukkan bahwa hampir 60% pelaku perjalanan dengan kereta api di
Inggris mengaku membaca buku, majalah dan surat kabar adalah kegiatan utama
mereka selama perjalanan. Beberapa di antaranya membaca melalui e-book dan komputer tablet.
Tidak mudah untuk menjawabnya
karena pastilah budaya baca ini terlahir dari sistem yang kompleks. Mulai dari
kurikulum pendidikan dasar, fasilitas, tradisi ilmiah, sejarah bangsa, dan
program-program pendukung dari setiap lembaga baik pemerintah maupun swasta.
Sejak di bangku sekolah dasar,
anak-anak sudah diajar dengan kurikulum yang membuat mereka terpacu untuk
mencari ilmu. Dengan tanpa menekan, anak-anak didorong untuk menamatkan satu
buku perhari. Ada daftar target buku yang diharapkan sudah terbaca oleh
anak-anak pada setiap level kelas. Meski demikian, anak diberi keleluasaan
dalam menentukan kecepatan bacanya. Kemajuan baca anak-anak ini selalu
dilaporkan kepada orang tua dalam pertemuan khusus guru dan orang tua murid.
Jumpa penulis buku terkenal |
Koleksi perpustakaan yang lengkap |
Koleksi perpustakaan sangat
lengkap. Buku dan media audio visual tersedia diperpustakaan dan dapat dipinjam
secara cuma-cuma. Jika suatu buku yang diinginkan belum tersedia, maka dapat
dipesan dari perpustakaan tetangga. Di perpustakaan tersebut, buku-buku kuno zaman
pertengahan masih bisa ditemukan dan semua terawat dengan rapi.
Peranan Islam dalam perkembangan ilmu dan teknologi |
Setelah mengalami masa kegelapan,
bangsa Inggris bangkit dengan revolusi ilmu pengetahuan dan teknologinya yang
akhirnya menjadikannya sebagai negara imperialis terbesar yang kekuasaannya
mencakup sebagian besar wilayah dunia. Universitas Oxford dan Cambridge sebagai
universitas tertua hingga saat ini masih bertengger sebagai universitas top
dunia.
Tradisi ilmu tersebut diwariskan
secara turun-temurun hingga saat sekarang. Semangat belajar yang tinggi ini juga
disokong melalui program khusus oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta.
Program-program semacam “Reading Group”
di adakan di banyak tempat termasuk di perpustakaan-perpustakaan daerah.
Kegiatan tersebut dikelola secara serius namun menyenangkan. Peserta
berkesempatan membaca dan mereview buku baru, memiliki buku baru secara gratis
dan bertemu dengan pengarang-pengarang buku terkenal secara berkala.
Melihat kondisi negara dan
masyarakat Indonesia, menurut saya faktor-faktor di atas bukanlah hal yang
mustahil untuk dimiliki. Sejarah bangsa kita menunjukkan bahwa pendiri dan
pemimpin negara ini merupakan pembelajar yang aktif dan rajin membaca. Bung
Hatta punya koleksi buku yang sangat banyak dan menjadi warisan yang sangat
berharga. Begitu juga dengan H. Agus Salim, M. Natsir dan tokoh-tokoh lainnya.
Mereka adalah tokoh-tokoh yang haus ilmu.
Kadang-kadang buku referensi menjadi bacaan yang menyenangkan juga |
Budaya baca dikalangan anak-anak
kitapun sebenarnya cukup tinggi. Hal ini terbukti dnegan diserbunya rumah-rumah
baca oleh anak-anak di beberapa tempat. Meskipun dengan fasilitas seadanya,
rumah baca ini cukup membantu menyalurkan dan memelihara semangat baca
anak-anak. Bahkan beberapa waktu yang lalu, media-media sosial sempat
dihebohkan oleh kegiatan seorang guru yang berinisiatif menggunakan becak
sebagai pustaka keliling. Semangat baca yang cukup tinggi ini mesti
difasilitasi supaya terus membudaya dan bertahan hingga dewasa.
Caranya adalah dengan
meningkatkan dukungan fasilitas dan program dari pemerintah, serta meningkatkan
peran lembaga non-pemerintah. Peningkatan fasilitas perpustakaan mestilah masuk
dalam prioritas program pemerintah. Sistem pendidikan kita yang masih belum
mendukung tumbuhnya semangat baca perlu disempurnakan. Kalau perlu, program
baca satu buku perhari bagi anak-anak juga diterapkan di Indonesia.
Anak-anak yang saat ini masih
cenderung diberikan satu buku wajib untuk dihafal, perlahan-lahan mesti
diarahkan untuk secara bebas mengeksplorasi ilmu yang terkait dari berbagai
sumber. Guru-guru pun juga hendaknya menyiapkan diri untuk menyikapi
kemungkinan cara pandang yang berbeda dari murid-muridnya.
Menikmati suasana summer dengan membaca |
Selain melengkapi kurikulum,
fasilitas dan program pemerintah, diperlukan juga suatu gerakan bersama dan
terus menerus untuk memkampanyekan budaya baca ini. Seperti yang dilakukan di
Amerika Serikat dimana sekolah-sekolah berlomba membuat tarian dan nyanyian
yang berisi himbauan untuk membaca dalam program “Don’t stop reading”. Flashmop yang melibatkan ribuan orang
sedang membaca buku di taman umum juga merupakan salah satu kampanye positif untuk
gerakan baca ini. Seluruh lembaga baik pemerintah maupun swasta,
kelompok-kelompok penerbit, asosiasi-asosiasi penulis dan pihak lainnya
hendaknya terus menularkan semangat baca ini melalui kampanye-kampanye kreatif.
Semoga kedepannya bangsa kita menjadi bangsa pembelajar dengan minat baca yang
tinggi.
Kompak membaca buku |
Newcastle Upon Tyne, 13 Mei 2012
Yosritzal
No comments:
Post a Comment