Thursday, 23 August 2012

Nuansa Idul Fitri di Aberdeen


“We are Aberdeen Muslim. There are thousands of us. What is our contribution to our community? Do we have a good mosque for pray, Islamic School for our children and Halal Slaughter House? Brothers and sisters, we need to do this initiative. ”

Kami berempat di depan Beach Leisure Centre, Aberdeen.
Demikian salah satu otokritik dan himbauan yang disampaikan oleh khatib dalam khutbah Eid di Kota Aberdeen yang dipusatkan di Beach Leisure Centre, Kota Aberdeen, United Kingdom.

Ribuan jamaah memadati hall basket di komplek yang berlokasi dipinggir pantai tersebut. Kegembiraan terlihat jelas dari wajah-wajah mereka. Memakai pakaian terbaiknya, mereka bersalaman, berangkulan dan saling mendoakan dalam suasana penuh keakraban. Beberapa Muslim asal Indonesia juga terlihat diantara jamaah.
Suasana sebelum pelaksanaan sholat Eid

“Alhamdulillah, saya bisa berjumpa dengan teman-teman dari Indonesia disini.” kata Luthfi. Tenaga kerja asal Indonesia yang baru pindah ke Aberdeen tiga bulan lalu. “Saya sudah tiga bulan di sini, namun baru kali ini bisa bertemu komunitas Indonesia. Saya bertugas di lepas pantai dan baru ke darat sebulan ini.”

Sementara itu, Fitria Heny, muslim Indonesia yang berdomisili di Newcastle tampak keheranan, “Kok sholatnya di hall ya, padahal kan diluar ada lapangan luas dengan rumput yang sangat rapi.” Dokter asal Payakumbuh ini mengaku sengaja datang ke Aberdeen bersama keluarganya untuk membayar utang silaturrahim dengan saudara di Aberdeen, sekalian ingin merasakan suasana I’tikaf dan shalat eid di sana.

“Ini adalah kali ketiga sholat Eid dilaksanakan di Beach Leisure Centre.” jelas Denny, salah seorang tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja di salah satu perusahaan top di sana. Beliau menambahkan, “Pelaksaan sholat Eid di gedung seperti sekarang lebih praktis dan murah dari segi biaya. Jika menyewa lapangan, selain biaya sewanya tinggi, panitia tetap mesti menyiapkan tenda dan alas di atas rumput untuk mengantisipasi cuaca yang sering tak menentu. Akibatnya biaya yang dikeluarkan menjadi sangat tinggi.”

Problem Muslim Aberdeen

Kota Aberdeen adalah kota ketiga terbesar di Scotland, sekitar 7 jam perjalanan dengan kereta dari London, dan terkenal sebagai kota minyak dan kota granit. Menurut data dari Islamic Association of Aberdeen & North East of Scotland, di kota ini terdapat sekitar 5000 muslim berserta keluarganya dan umumnya bekerja di perusahaan minyak atau sebagai pelajar.
Refreshment selepas shalat

Menurut Dolly, salah seorang penggerak pengajian Indonesia di Aberdeen, Muslim Aberdeen hingga saat ini belum memiliki satu bangunanpun yang layak disebut Masjid dan bisa menampung banyak jamaah. Yang ada baru berupa ruangan rumah yang disulap menjadi tempat sholat.

Di bandingkan kota lainnya di United Kingdom, masjid di Aberdeen memang sangat memprihatinkan. Penulis hanya menemukan dua masjid saja di Aberdeen dan itupun hanya berupa rumah yang dimodifikasi yakni Aberdeen Mosque dekat Aberdeen University dan Crown Terrace Mosque yang berada dekat Aberdeen Rail Station. Keduanya sangat sempit dan tidak sanggup menampung jamaah.

“Tanah kabarnya sudah tersedia, tapi ijin pembangunan belum keluar dari City Council karena masih ada kendala yang belum terselesaikan.” ujar Dolly tanpa menjelaskan kendala dimaksud.

Halal bi halal Muslim Indonesia di Aberdeen

Selepas melaksanakan sholat Eid, puluhan Muslim asal Indonesia beserta keluarga berkumpul di rumah salah satu warga untuk melaksanakan halal bi halal. Acara dipandu oleh Rizal Yaya, mahasiswa PhD bidang kebijakan publik di Aberdeen University dan diisi dengan kegiatan ceramah oleh Ustadz Hulail dan pembagian hadiah kepada anak-anak.
Yosritzal Family dan Rizal Yaya Family

 “Kita memberikan hadiah kepada anak-anak kita sebagai bentuk apresiasi kita terhadap prestasi dan effort dari mereka dalam menjalankan ibadah Ramadhan.” kata Rizal Yaya. Pemberian hadiah di awali dengan sharing kemajuan anak dari masing-masing orang tua.
Aktifis pengajian Aberdeen, dari kiri ke kanan: Anto, Rizal Yaya, Ustadz Hulail, Imad

Beberapa ibu-ibu juga mendapatkan hadiah kejutan dari tim tahsin karena berhasil menjawab quiz beberapa waktu sebelumnya.

Menutup kegiatan pengajian, Rizal Yaya mengingatkan, “Pengajian rutin kita adalah salah satu wadah kita untuk saling mengingatkan dan saling menasehati. Semoga kelak kita dikumpulkan kembali oleh Allah di syurga.” 
===================
Dimuat di Dakwatuna.com tgl 22/08/2012 dengan link:

No comments:

Post a Comment