A cartoon by Joel Pett |
Barangkali Pembaca kaget dengan
judul tulisan ini atau menyangka Penulis salah tulis. Tidak, judul di atas
Penulis tulis dengan penuh kesadaran. Memang banyak di antara kita yang sering
menggunakan kalimat: "Jangan lihat siapa yang berbicara tapi lihatlah apa yang
dibicarakannya." Tulisan ini bukan kontra seratus persen terhadap kalimat bijak
tersebut, melainkan mencoba memberikan pandangan lain agar kita tidak
terjerumus akibat menerima perkataan orang yang salah.
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan dua kecenderungan
yang bisa dipilih sendiri yakni kecenderungan kepada jalan fujur/sesat atau
kecenderungan kepada jalan kebenaran/taqwa [Q.S. Asy-Syam: 8]. Orang yang cenderung kepada
kesesatan merasa dapat dengan bebas menggunakan segala hal demi tercapainya
tujuan sedangkan orang yang bertaqwa selalu merasa diawasi dan selalu menjaga
segala tingkah laku dan perkataannya agar tetap berada dalam koridor kebenaran.
Di antara manusia ada yang berada di area samar-samar, dikatakan bertaqwa tapi
kok masih melakukan kesesatan dan dikatakan sesat tapi kok masih melakukan
ibadah seperti orang yang bertaqwa. Untuk mencapai derajat taqwa itu sendiri
memang tidaklah mudah. Jadi mayoritas manusia berada di area abu-abu tadi, ada yang selalu berusaha mensucikan dirinya untuk mencapai derajat taqwa dan ada yang lebih sering mengotori jiwanya sehingga menjadi sesat. Siapakah di antara kedua
golongan ini yang patut dijadikan rujukan?