Wednesday 8 October 2014

MARI MENGENAL BUNDARAN

Sebelum saya berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studi pada tahun 2009 yang lalu, saya hanya mendapati satu buah saja bundaran yang berfungsi sebagai pengatur lalu lintas di Universitas Andalas yang dikenal dengan sebutan Bundaran Rektorat. Namun ketika saya kembali pada awal tahun 2014 yang lalu saya menemukan sedikitnya ada 4 buah bundaran disepanjang jalan menuju Kantor Jurusan Teknik Sipil dimana saya bertugas. Jumlah budaran ini berpotensi untuk terus bertambah seiring dengan perkembangan kampus dan salah satu yang kelihatannya akan dibentuk dalam waktu dekat ini adalah di bawah gardu Satpam dekat PKM. Mengingat masih banyak warga kampus yang belum mengenal bundaran, maka pada melalui tulisan singkat ini saya akan mencoba mengenalkannya. Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan  warga kampus yang pada gilirannya dapat mengarahkan kita kepada terciptanya pengendalian lalu lintas yang lebih efektif dengan mengutamakan keselamatan warga di lingkungan kampus tercinta ini.

Definisi dan Ciri Bundaran
Bundaran adalah suatu jenis pengaturan lalu lintas dipersimpangan (sebidang) tanpa menggunakan lampu lalu lintas (walaupun pada prakteknya kadang juga dipasangi lampu lalu lintas) yang berbentuk bundaran dan kendaraan yang melewatinya harus memutar dengan arah yang sama mengikuti bundarannya sebelum keluar pada lengan simpang yang diinginkan. Bundaran biasanya ditinggikan sedikit dari lajur lalu lintas, namun adakalanya hanya ditandai dengan cat pada permukaan perkerasan seperti pada mini-roundabout di Inggris.

Bundaran didesain untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah dan konsisten. Jenis pengaturan lalu lintas dengan bundaran ini sangat populer di Inggris dan diadopsi oleh banyak negara di dunia. Kunci utama keselamatan lalu lintas dengan bundaran ini adalah dengan mengurangi jumlah titik konflik dan menurunkan derajatnya dari konflik utama (pertemuan silang/crossing) menjadi konflik sekunder berupa kendaraan yang bergabung dan memisah (weaving) seperti terlihat pada Gambar 1.


Gambar 1. Tipe titik konflik pada persimpangan biasa dan bundaran (Federal Highway Administration, 2000)

Tidak semua yang bundar di jalan bisa disebut “bundaran.” Ada persimpangan yang memiliki bundaran ditengahnya namun tidak difungsikan sebagai bundaran dalam pengaturan lalu lintasnya seperti terlihat pada Gambar 2. Pembeda antara simpang dengan bundaran dan simpang tanpa bundaran adalah petunjuk rambu yang terpasang. Bundaran disimbolkan dengan Tiga Panah Melingkar yang Saling Kejar.
a. Bundaran
b. Bukan Bundaran

Gambar 2. Perbedaan Bundaran dan Bukan Bundaran

Bagian-bagian Bundaran
Bagian-bagian bundaran adalah seperti terlihat pada Gambar 3.


Gambar 3. Bagian-bagian Bundaran (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2004)

Untuk keselamatan pemakai jalan, disarankan agar titik pusat lingkaran berada tepat pada titik perpotongan sumbu masing-masing lengan pendekat. Karena lalu lintas di Indonesia berjalan dilajur kiri, maka pergeseran titik pusat lingkaran sedikit kesebelah kiri sumbu jalan masih dapat diterima dengan membuatkan catatan dibuatkan lengkungan pengarah lalu lintas.

Gambar 4. Posisi titik tengah bundaran terhadap sumbu pendekat (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2004)

Pulau pemisah haruslah disediakan pada setiap kaki pendekat yang berfungsi untuk mengarahkan lalu lintas dan sebagai pelindung atau pemberhentian sementara bagi pejalan kaki yang menyeberang. Ukuran pulau pemisah dapat dilihat pada Gambar 5.

Ukuran Pulau Pemisah (1)

Ukuran Pulau Pemisah (2)

Gambar 5. Standar ukuran pulau pemisah (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2004)

Keuntungan Bundaran
Penggunaan bundaran sebagai pengatur lalu lintas memberikan keuntungan sebagai berikut:
  • Keselamatan: data di USA menunjukkan bahwa penggunaan bundaran pada persimpangan dapat mengurangi tingkat kecelakaan menjadi separuh dari sebelum dipasangnya bundaran. Hal ini disebabkan karena keharusan mengurangi kecepatan akibat adanya bundaran dan berkurangnya titik konflik seperti pada Gambar 1. Pengurangan kecepatan kendaraan juga menurunkan kemungkinan meninggalnya pejalan kaki yang tertabrak kendaraan dari 85% pada kecepatan 65km/jam menjadi 15% pada kecepatan 32km/jam (Department of Transport, 1995).
  • Pada saat beroperasi pada kapasitas rencana, bundaran dapat mengurangi tundaan (delay) karena kendaraan tidak harus berhenti sebelum memasuki bundaran.
  • Bundaran dapat mengurangi polusi lingkungan karena kendaraan tidak mengalami tundaan atau berhenti seperti pada simpang berlampu lalu lintas.
  • Biaya perawatan bundaran relatif lebih murah karena tidak ada peralatan yang membutuhkan listrik, bola lampu ataupun alat lainnya yang membutuhkan biaya perawatan tinggi.
  • Bundaran dapat berfungsi sebagai pengurang kecepatan lalu lintas.
  • Secara estetika, bundaran jika didesain dengan baik dapat memberikan efek yang menarik.

Kelemahan Bundaran
Meskipun ada banyak keuntungannya, pengaturan lalu lintas dengan bundaran juga memiliki kelemahan antara lain:
  • Membutuhkan area yang lebih luas dari tipe pengaturan simpang lainnya.
  • Pada persimpangan yang dikontrol dengan pengaturan lampu lalu lintas terkoordinasi, bundaran dapat mengganggu kelancaran perjalanan kelompok kendaraan (platoon) sehingga mengacaukan fungsi pengaturan lampu lalu lintas terkoordinasi tersebut.
  • Bundaran dapat menimbulkan tundaan jika volume lalu lintas pada tiap pendekat tidak seimbang.

Kesalahan/ Kekeliruan dalam Pembuatan Bundaran
Meskipun standar dalam mendesain bundaran sudah ada, dalam prakteknya masih ditemukan banyak kesalahan dalam pembuatan bundaran. Kesalahan tersebut antara lain:
  • Bundaran terlalu kecil dan median yang tidak dilebarkan pada pendekat bundaran menyebabkan mudahnya pengendara membelok ke kanan tanpa melewati bundaran. 
  • Area bundaran yang terlalu kecil sehingga menyulitkan kendaraan dalam bermanuver.
  • Membuat bundaran di area pendakian/turunan dengan kemiringan lebih dari 4% (standar Depkimpraswil), yang bisa berakibat semakin besarnya gaya sentripetal/ sentrifugal pada tikungan yang membuat kendaraan rawan keluar dari jalurnya. Selain itu bundaran pada jalan dengan tanjakan menerus yang panjang membuat pengendara kesulitan dalam memperkirakan layout bundaran, dan kendaraan berat di turunan akan kesulitan mengontrol gerakan kendaraannya saat memasuki bundaran.
  • Menanam tumbuhan seperti pagar dengan daun yang rimbun atau pohon besar di median jalan, dan pada bundaran yang dapat menutupi pandangan pengemudi.
  • Menyediakan lokasi parkir di area bundaran.
  • Menempatkan halte pada jarak kurang dari 50 m dari jalur penyeberangan pada bundaran.
  • Tidak memberikan rambu petunjuk yang memadai atau pemasangan rambu pada posisi yang salah (misal menghadap tegak lurus jalan sehingga tidak dapat dilihat oleh pengemudi kedua arah kecuali memalingkan muka ketika melewati rambu tersebut. Idealnya rambu sudah bisa terlihat oleh pengemudi jauh sebelum kendaraan sampai ke lokasi rambu.
  • Tidak melakukan sosialisasi atau pendidikan terhadap masyarakat mengenai teknis operasi bundaran.
  • Keindahan yang seharusnya muncul pada simpang dengan bundaran menjadi tidak menonjol dengan terlalu banyaknya simpang dengan bundaran pada jarak yang sangat berdekatan.

Kesalahan Pengemudi di Bundaran
Pendidikan terhadap pengguna jalan mengenai budaran sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penggunaan bundaran yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan. Adapun kesalahan yang sering dilakukan pengemudi ketika memasuki bundaran adalah:
  • Tidak mengitari bundaran ketika hendak belok kanan melainkan langsung memotong lintasan seperti pada simpang yang tidak diatur dengan bundaran (lihat Gambar 2b).
  • Memasuki bundaran tanpa memperhatikan kondisi kendaraan yang tengah berada dalam bundaran yang berpotensi menimbulkan kondisi lalu lintas yang saling mengunci.
  • Melaju dengan kecepatan tinggi di bundaran.
  • Saling mendahului di area bundaran.
  • Tidak memberikan kesempatan pejalan kaki untuk menyeberang.Perilaku pengemudi yang cenderung mengabaikan segala jenis pengaturan ketika tidak ada aparat penegak hukum menimbulkan ketidakpastian dan cenderung merugikan pihak yang patuh terhadap aturan.
Demikian pengenalan singkat bundaran yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga bermanfaat. 

Referensi

Federal Highway Administration (2000), “Roundabouts; an information guide.” Publication no. FHWA-RD-00-067, US Department of Transportation.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004) “Perencanaan bundaran untuk persimpangan sebidang.” Pedoman konstruksi dan bangunan. (Republik Indonesia)

Department of Transport (1995) “Killing Speed and Saving Lives.” Seperti dikutip dari Oregon Department of Transportation, Oregon Bicycle and Pedestrian Plan oleh Federal Highway Administration, US Department of Transportation. (United Kingdom)










Friday 2 May 2014

27092009 - 21012014 = PhD



Banyak orang yang mengkiaskan disuruh studi S3 ibarat disuruh memakan gajah. Kebayangkan besarnya gajah? Nah gimana cara makannya? harus mulai dari mana? Ekornya dulu, atau kaki dulu? Sebetulnya kalau gajahnya sudah ada sih nggak akan terlalu masalah, tinggal menyiapkan kesabaran dalam mengurainya sedikit demi sedikit. Yang masalah adalah kalau disuruh makan gajah tapi gajahnya belum disediakan. Artinya untuk bisa makan gajah, mesti mencari lokasi hutan yang ada gajahnya, memburunya, menyembelih, memasak dst sampai seluruh gajah habis ditelan.


Ditengah study, orang mengibaratkan seperti sedang berada dalam hutan yang sangat lebat dan tidak memiliki kompas sebagai penunjuk arah. Bingung tidak jelas hendak melangkah kemana. Semua arah tampaknya menyeramkan semua. Tapi rasa excited untuk mengeksplorasi makin tinggi.

Mendekati akhir studi, ibarat sedang berada ditengah terowongan yang amat sangat panjang. Track dan arah sudah dapat, tapi kok rasanya terowongan ini ga ada ujungnya? Apakah saya hanya berputar-putar ditengah nya saja? Begitu kelihatan cahaya diujung sana, hati gembira, sayangnya kadang cahaya tersebut adalah lampu kereta lain yang datang dari arah yang berbeda. Hati-hati jangan sampai tabrakan.

Setelah menghabiskan masa-masa sulit itu, akhirnya cahaya itu datang juga. Terowongan ini ada ujungnya. Statiun yang ditujupun sudah kelihatan nun jauh disana. Kebingungan dan frustasi sudah hilang. Keyakinan bahwa arah yang dituju sudah tinggi. Hanya butuh sedikit kesabaran sampai kereta benar-benar berhenti di platform.

Hal ini menjadi terbukti berdasarkan pengalaman saya. Berangkat dengan cita-cita makan ekor anak gajah, eh diarahkan untuk makan kepala gajah. Nah karena saya menyukai ekornya, jadilah saya memakannya sedikit-demi sedikit dari kepala sampai ekor sampai tuntas. Sekarang tinggal membereskan sisa-sisa dan membersihkan sampahnya. Kereta sudah hendak berhenti di platform yang benar. Bersiap melakukan eksplorasi lanjutan.

Berikut komentar supervisor dan penguji yang sengaja saya copas disini sebagi salah satu catatan agar tidak hilang setelah email resmi saya di Newcastle University ditutup.


















Dear All,

Yosritzal had his PhD viva this morning. I am pleased to report the good news.
Yos has passed with just some minor tidying up to do.
Congratulations and Well done Yos!

Cheers,
Dilum and Margaret
(Pengumuman oleh pembimbing pertama)


Dear Yos
I just wanted you to know how proud I was to share your viva experience yesterday. You did an excellent job. The minor corrections you need to do would not have been necessary if I had managed to read the whole thing over once again before submission. I did not see it in its entirety. We just ran out of time.
However the body of the text was sound and this was simply because you took on board feedback and never gave up on my request for endless corrections.
The success is due entirely to your own commitment and passion for research and you have now great potential for the future.
You must promise me you will stay in touch and maybe in the future I will have an opportunity to visit your department in Indonesia and spend sometime with your own students and PhDs!!
I wish you success in your career.
You will go far.
You are a star.
Regards Margaret

Margaret C Bell CBE
(Note: supervisor kedua)


Dear Yos,
I am very impressed with your performance in the PhD examination yesterday. You defended your thesis extremely well; that is mainly because you knew what you have done and written in your thesis and also listened to your supervisors.
Well done indeed and we look forward to visiting Indonesia in near future. Please keep in touch and don't forget to send me yesterday's photos!
Regards

Anil
(Note: penguji internal)

Berbagai ucapan selamat dari rekan group research, teman Indonesia di UK maupun di belahan dunia yang lain pun mengalir.



Alhamdulillah, 4.5 tahun yang penuh tantangan telah terlewati. (Note: di grup riset kami 4.5 th adalah rata-rata masa studi, jarang yang bisa lulus 4 tahun atau kurang). Semoga ilmu dan gelar ini berkah. Terimakasih buat semua yang telah ikut berpartisipasi untuk suksesnya studi ini. Semoga Allah berkenan membalasnya dengan syurga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Alhamdulillah ya Allah.




Saturday 5 April 2014

Produktif Selama Perjalanan? Kenapa Tidak

Produktif dalam perjalanan (Quiet Coach East Coast Train).
Di tengah hiruk-pikuk kampanye dan sarana transportasi yang digunakan para jurkam saat ini, saya tertarik untuk melihat bagaimana visi dari parpol dalam bidang transportasi. Sayangnya sejauh ini saya tidak menemukan visi dan program yang jelas dari website resmi partai maupun dari wacana yang dilemparkan oleh para politisinya di media selain hujatan atas kemacetan dan rencana pembangunan jalan dan jembatan baru untuk mengatasinya. Padahal, berbagai penelitian telah menyimpulkan bahwa penambahan jumlah jalan malahan semakin memicu bertambahnya jumlah kendaraan yang berujung kepada semakin meningkatnya kemacetan. Di sisi lain, isu angkutan umum masal malahan mandeg dan tidak focus. Padahal penggunaan angkutan umum masal sangat berpotensi untuk mengatasi kemacetan, mengurangi pencemaran dan memperlancar pergerakan orang dan barang. Selain itu, salah satu keuntungan dari penggunaan angkutan umum yang nyaman adalah adanya kesempatan untuk memenfaatkan waktu selama dalam perjalanan tersebut untuk kegiatan-kegiatan positif seperti membaca, menulis dokumen, negosiasi bisnis dan lain sebagainya.

Terkait dengan pemanfaatan waktu perjalanan di angkutan umum, menarik sekali berita yang dimuat di berbagai media sekitar tanggal 17 April 2013 lalu (antara lain di Detik.com, Okezone.com, Republika.co.id dan Inilah.com) mengenai sebuah rapat penting strategi pemenangan pemilu oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dilaksanakan di atas kereta api dalam perjalanan menuju Semarang. Yang menarik bagi saya bukan partai politiknya atau hasil rapatnya, melainkan mengenai bagaimana pemanfaatan waktu perjalanan yang sangat positif dari orang-orang dari partai politik tersebut.

Trend penggunaan waktu perjalanan secara positif seperti ini sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan ahli transportasi di negara-negara maju. Tidak saja karena kegiatan tersebut bermanfaat, namun juga karena pada beberapa hal memungkinkan terjadinya perubahan kebijakan dimasa yang akan datang.

Dalam kebanyakan penghitungan keuntungan suatu proyek transportasi, penghematan waktu perjalanan menjadi komponen yang sangat penting. Hal ini didasarkan pada teori bahwa waktu perjalanan adalah waktu yang terbuang. Waktu adalah bagian dari sumber daya yang harus dikorbankan untuk bisa sampai ke tempat tujuan dan melakukan aktifitas di tempat tujuan tersebut. Makanya tidak heran, bagi sebagian orang, lebih baik membayar lebih mahal asal bisa sampai di tempat tujuan dengan lebih cepat.

Namun belakangan, teori tersebut mulai dipertanyakan. Pada kenyataannya, waktu perjalanan bukanlah waktu terbuang. Waktu tersebut bisa dimanfaatkan dengan kegiatan-kegiatan positif. Apalagi saat ini keberadaaan berbagai alat teknologi informasi dan komunikasi seperti jaringan internet melalui saluran 3G atau 4G, Wi-Fi, laptop, computer tablet, e-book reader, smartphone dan sebagainya sudah menjangkau hampir semua lapisan masyarakat. Dengan dukungan teknologi tersebut, mengubah waktu perjalanan menjadi waktu yang produktif sangat dimungkinkan. Setidaknya, waktu perjalanan akan terasa lebih menyenangkan.

Pengalaman negara maju dan relevansinya dengan Indonesia

Penelitian yang Penulis lakukan di Inggris, menunjukkan bahwa mayoritas pengguna kereta api memanfaatkan waktu perjalanannya dengan membaca buku, bekerja dengan komputer, membaca/menulis e-mail. Ada juga yang mengaku menikmati pemandangan atau mendengarkan musik, namun jumlahnya tidak banyak. Seorang manager di sebuah perusahaan besar di Inggris mengaku selalu menggunakan kereta untuk perjalanan bisnisnya karena selama perjalanan tetap bisa menyelesaikan pekerjaan kantornya. Dengan demikian, sekembalinya dari perjalanan, pekerjaan kantor tidak menumpuk.

Hal ini menunjukkan betapa tingginya pemanfaatan waktu bagi masyarakat Inggris. Bagi sebagian kalangan, waktu perjalanan adalah waktu yang sangat produktif karena bisa berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan tanpa gangguan dari sejawat seperti jika melakukan pekerjaan di kantor. Bagi sebagian yang lain, waktu perjalanan dianggap sebagai “sebuah hadiah” dimana orang yang melakukan perjalanan mendapatkan tambahan waktu yang bisa dimanfaatkan untuk diri sendiri, terbebas dari rutinitas baik rutinitas kantor maupun rutinitas rumah tangga atau yang lebih dikenal dengan sebutan “me time”.

Salah satu dampak positif turunannya adalah beralihnya pelaku perjalanan dari penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum yang tentunya sangat relevan dengan kondisi di Indonesia dimana hampir semua kota-kota besar di Indonesia sudah mengalami tingkat kemacetan yang sangat parah. Jika sebagian pengguna angkutan pribadi berpindah ke angkutan umum, maka tingkat kemacetan bisa ditekan.

Di Indonesia, kebanyakan pengguna angkutan umum adalah pengguna captive yang tidak punya pilihan lain selain angkutan umum. Orang lebih cenderung menggunakan kendaraan pribadi karena layanan angkutan umum masih belum sesuai harapan. Kebanyakan masih melewatkan waktu perjalanan di angkutan umum dengan berbincang-bincang atau sibuk dengan media sosial. Diakui bahwa aktifitas ini cukup membantu mengurangi kebosanan selama perjalanan, namun sebenarnya masih banyak alternatif kegiatan lain yang lebih produktif yang bisa dilakukan terutama bagi pengguna kereta api dan bus.

Pemanfaatan waktu perjalanan ini akan lebih efektif jika kondisi dan layanan angkutan umum sangat baik. Ada banyak ruang bagi pemerintah dan operator untuk mendorong dan memfasilitasi pemanfaatan waktu perjalanan ini. Ruangan kendaraan haruslah dikondisikan seperti layaknya ruangan kerja. Ruangan mestinya bebas asap rokok dan bebas dari gangguan baik yang berasal dari sesama penumpang maupun gangguan dari pihak lain seperti pengamen, pedagang dan peminta-minta. Pemerintah juga mesti bisa melakukan pencegahan dan penangkalan terhadap kemungkinan terjadinya tindak kejahatan di angkutan umum seperti penodongan dan pencopetan. Hal ini pada akhirnya akan membuat orang cenderung menggunakan angkutan umum terutama untuk perjalanan yang cukup jauh. Waktu perjalanan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang lebih produktif.

Adalah suatu kemajuan yang sangat berarti ketika ada sebuah organisasi yang memulai mengkampanyekan pemanfaatan waktu perjalanan ini dengan melaksanakan sebuah rapat penting selama perjalanan. Lebih bermakna lagi karena aktifitas ini dimulai oleh sebuah partai politik yang notabene adalah bagian dari pembuat kebijakan. Dalam ajaran Islam, waktu perjalanan merupakan waktu yang sangat istimewa di mana doa yang dilantunkan oleh pelaku perjalanan (musafir) adalah makbul.  Semoga kedepannya masyarakat Indonesia lebih bisa memanfaatkan waktu perjalanan dengan kegiatan yang lebih positif.

http://www.nabawia.com/read/6891/produktif-selama-perjalanan-kenapa-tidak