Wednesday, 20 March 2013

I know what you did on train


Sekitar empat tahun yang lalu, ada sebuah diskusi yang sangat menarik menurut saya. Diskusi itu terjadi dalam sebuah kelas Pelatihan Bahasa Inggris untuk dosen yang diselenggarakan oleh Lembaga Bahasa Universitas Sriwijaya atas biaya Dikti. Kebetulan saya adalah salah seorang pesertanya. Adalah Dra Rita Hayati, M.A. yang menjadi fasilitator pada diskusi tersebut.

Diskusi itu dikembangkan dari sebuah artikel di BBC tentang hasil survey nasional penumpang kereta api di Inggris. Survey itu dilaksanakan oleh sebuah lembaga publik yang bertujuan untuk mengetahui kepuasan pelanggan kereta api serta perbaikan seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat di Inggris. Salah satu keluaran dari survey itu adalah jenis-jenis kegiatan apa saja yang disenangi untuk dilakukan diatas kereta api oleh pelanggan kereta api di Inggris. Nah hal inilah yang menjadi topic diskusi saat itu.

Penelitian itu menemukan, pelaku perjalanan dengan kereta api di Inggris mengaku membaca buku selama perjalanan (33%), melihat pemandangan (18%) dan bekerja dengan computer/smartphone (14%). Bagi sebagian yang lain, waktu perjalanan adalah waktu untuk bisa bebas dari gangguan dan dimanfaatkan untuk diri sendiri (“me time”). Melalui aktifitas-aktifitas tersebut, mereka mengaku bahwa waktu perjalanannya sangat bermanfaat. Kedepannya, diperkirakan kemungkinan penggunaan waktu perjalanan secara lebih produktif akan semakin besar seiring dengan perkembangan technologi informasi saat ini. Saya pernah mencatat aktifitas penumpang dalam sebuah perjalanan dengan kereta tersebut dalam blog ini pada link: Menit demi menit menuju London.

Satu pertanyaan dari fasilitator adalah: Kegiatan apa yang paling disenangi oleh peserta diskusi untuk dilaksanakan diatas kendaraan berikut alasannya? Mayoritas dari teman-teman peserta diskusi menjawab tidur. Sebagian kecil menjawab ngobrol dengan penumpang lain dan sebagian lagi menjawab melihat-lihat pemandangan. Yang menjawab lebih menyukai tidur beralasan karena perjalanan tersebut tidak menyenangkan dan tidur adalah salah satu cara untuk menghindari kebosanan. Yang menjawab menyukai ngobrol beralasan bahwa dia senang bertemu dan berkenalan dengan orang baru. Diskusi dengan penumpang lain seperti itu diyakini dapat menambah wawasan. Salah satu topic yang hangat dibicarakan selama perjalanan adalah masalah olah raga dan politik. Bagi yang menyukai melihat pemandangan beralasan untuk menyegarkan mata dengan melihat pemandangan atau melihat tingkah laku orang di luar kendaraan sepanjang perjalanan.

Saya tahu bahwa pada empat tahun lalu itu, smartphone dan komputer tablet di Indonesia belumlah banyak. Saat ini teknologi tersebut sudah menjadi mainan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Pertanyaannya, apakah teknologi tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia selama dalam perjalanan agar perjalanan menjadi lebih produktif?

Pemanfaatan waktu perjalanan secara lebih produktif kelihatannya sepele. Padahal ada sebuah perbedaan yang substansial pada skema evaluasi investasi transportasi jika waktu perjalanan bisa dibuat lebih produktif. Umumnya manfaat dari sebuah proyek transportasi saat ini diukur dari banyaknya waktu yang bisa dihemat. Dalam hal ini waktu yang dihabiskan untuk suatu perjalanan dianggap sebagai waktu yang terbuang, tidak bernilai dan harus diminimalkan (jika tidak bisa dihilangkan). Nah jika waktu perjalanan bisa dimanfaatkan secara produktif, maka otomatis nilai dari waktu yang terbuang bisa dikurangi. Kemacetan, delay dan sebagainya tidak mesti menyebabkan stress berlebihan karena produktifitas tetap ada.

Sayangnya pemanfaatan waktu perjalanan demikian di Indonesia masih sulit. Alih-alih meningkatkan produktifitas, pemanfaatan teknologi selama perjalanan dikhawatirkan mengancam keselamatan harta dan jiwa. Selain dari itu, factor-faktor seperti kondisi kendaraan, ketersediaan ruang perpenumpang, dan sifat/karakter pribadi juga mempengaruhi. Dalam sebuah diskusi di media sosial terungkap bahwa teknologi smartphone dan komputer tablet lebih banyak digunakan untuk mengakses media sosial dibanding untuk membaca e-book atau menulis. Semoga suatu saat, kondisi ini berubah ke arah yang lebih baik.



Tuesday, 19 March 2013

Islam and the environment (Kuliah Umum oleh Pangeran Charles)

Pada tanggal 9 Juni 2010, menyampaikan pidato di Oxford University's Sheldonian Theatre dalam rangka perayaan 25 tahun Pusat Studi Islam Oxford. Sebuah pidato yang menurutnya disampaikan berdasarkan hasil studinya terhadap Al-Quran. Dailymail.co.uk yang pada tanggal 9 Juni tersebut menurunkan berita berjudul: 'Follow the Islamic way to save the world,' Prince Charles urges environmentalists, memancing beragam komentar dari pembaca. Ada yang tidak percaya Pangeran menyampaikan hal tersebut, ada yang percaya dan mendukung, namun ada juga yang menghujat. Bagaimana pendapat Anda? Silahkan simak dengan lengkap pidato tersebut melalui link youtube berikut: