Sekitar
empat tahun yang lalu, ada sebuah diskusi yang sangat menarik menurut saya.
Diskusi itu terjadi dalam sebuah kelas Pelatihan Bahasa Inggris untuk dosen
yang diselenggarakan oleh Lembaga Bahasa Universitas Sriwijaya atas biaya
Dikti. Kebetulan saya adalah salah seorang pesertanya. Adalah Dra Rita Hayati,
M.A. yang menjadi fasilitator pada diskusi tersebut.
Diskusi
itu dikembangkan dari sebuah artikel di BBC tentang hasil survey nasional
penumpang kereta api di Inggris. Survey itu dilaksanakan oleh sebuah lembaga
publik yang bertujuan untuk mengetahui kepuasan pelanggan kereta api serta
perbaikan seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat di Inggris. Salah satu
keluaran dari survey itu adalah jenis-jenis kegiatan apa saja yang disenangi
untuk dilakukan diatas kereta api oleh pelanggan kereta api di Inggris. Nah hal
inilah yang menjadi topic diskusi saat itu.
Penelitian
itu menemukan, pelaku perjalanan dengan kereta api di Inggris mengaku membaca
buku selama perjalanan (33%), melihat pemandangan (18%) dan bekerja dengan
computer/smartphone (14%). Bagi sebagian yang lain, waktu perjalanan adalah
waktu untuk bisa bebas dari gangguan dan dimanfaatkan untuk diri sendiri (“me
time”). Melalui aktifitas-aktifitas tersebut, mereka mengaku bahwa waktu
perjalanannya sangat bermanfaat. Kedepannya, diperkirakan kemungkinan
penggunaan waktu perjalanan secara lebih produktif akan semakin besar seiring
dengan perkembangan technologi informasi saat ini. Saya pernah mencatat aktifitas penumpang dalam sebuah perjalanan dengan kereta tersebut dalam blog ini pada link: Menit demi menit menuju London.
Satu
pertanyaan dari fasilitator adalah: Kegiatan apa yang paling disenangi oleh
peserta diskusi untuk dilaksanakan diatas kendaraan berikut alasannya?
Mayoritas dari teman-teman peserta diskusi menjawab tidur. Sebagian kecil
menjawab ngobrol dengan penumpang lain dan sebagian lagi menjawab melihat-lihat
pemandangan. Yang menjawab lebih menyukai tidur beralasan karena perjalanan
tersebut tidak menyenangkan dan tidur adalah salah satu cara untuk menghindari
kebosanan. Yang menjawab menyukai ngobrol beralasan bahwa dia senang bertemu
dan berkenalan dengan orang baru. Diskusi dengan penumpang lain seperti itu
diyakini dapat menambah wawasan. Salah satu topic yang hangat dibicarakan
selama perjalanan adalah masalah olah raga dan politik. Bagi yang menyukai
melihat pemandangan beralasan untuk menyegarkan mata dengan melihat pemandangan
atau melihat tingkah laku orang di luar kendaraan sepanjang perjalanan.
Saya
tahu bahwa pada empat tahun lalu itu, smartphone dan komputer tablet di
Indonesia belumlah banyak. Saat ini teknologi tersebut sudah menjadi mainan
bagi sebagian masyarakat Indonesia. Pertanyaannya, apakah teknologi tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia selama dalam perjalanan agar perjalanan
menjadi lebih produktif?
Pemanfaatan
waktu perjalanan secara lebih produktif kelihatannya sepele. Padahal ada sebuah
perbedaan yang substansial pada skema evaluasi investasi transportasi jika
waktu perjalanan bisa dibuat lebih produktif. Umumnya manfaat dari sebuah
proyek transportasi saat ini diukur dari banyaknya waktu yang bisa dihemat.
Dalam hal ini waktu yang dihabiskan untuk suatu perjalanan dianggap sebagai
waktu yang terbuang, tidak bernilai dan harus diminimalkan (jika tidak bisa
dihilangkan). Nah jika waktu perjalanan bisa dimanfaatkan secara produktif,
maka otomatis nilai dari waktu yang terbuang bisa dikurangi. Kemacetan, delay
dan sebagainya tidak mesti menyebabkan stress berlebihan karena produktifitas
tetap ada.
Sayangnya
pemanfaatan waktu perjalanan demikian di Indonesia masih sulit. Alih-alih
meningkatkan produktifitas, pemanfaatan teknologi selama perjalanan
dikhawatirkan mengancam keselamatan harta dan jiwa. Selain dari itu,
factor-faktor seperti kondisi kendaraan, ketersediaan ruang perpenumpang, dan
sifat/karakter pribadi juga mempengaruhi. Dalam sebuah diskusi di media sosial
terungkap bahwa teknologi smartphone dan komputer tablet lebih banyak digunakan untuk
mengakses media sosial dibanding untuk membaca e-book atau menulis. Semoga
suatu saat, kondisi ini berubah ke arah yang lebih baik.