Jarum jam sudah menunjukkan jam 06.08 BST. Berarti sudah 8 menit aku berada di Eastcoast train ini menuju London. Ya, hari ini aku memenuhi undangan Ketua Muhammadiyah Cabang Istimewa UK untuk menghadiri acara Baitul Arqom yang merupakan salah satu kegiatan rutin dalam meng-upgrade pemahaman warga Muhammadiyah.
Kereta pagi ini masih terbilang kosong. Hanya beberapa kursi saja yang terisi. Beberapa bangku sudah dipasangi kartu pertanda bahwa kursi tersebut sudah dipesan. Aku memilih duduk di kursi yang ada mejanya supaya aku bisa lebih leluasa menggunakan computer. Selain mudah menempatkan computer, di meja juga tersedia colokan listrik untuk men-re-charge HP dan Laptop.
06.15 BST.
Kota Durham baru saja terlewati. Beberapa saat yang lalu seorang juru tiket memeriksa tiket penumpang. Tiketku adalah open ticket yang kupesan dengan menyertakan student railcard. Biasanya juru tiket juga memeriksa railcard penumpang jika tiket yang digunakannya menyertakan railcard. Mungkin karena dia mempercayaiku, dia tidak meminta ku menunjukkan railcard.
Sekedar catatn, open tiket berarti bisa berangkat kapan saja dan memilih rute mana saja dalam satu bulan kedepan dan hanya berlaku untuk sekali perjalanan bolak balik. Sedangkan railcard adalah sebuah kartu yang dapat digunakan untuk mendapatkan diskon harga sampai 30% harga standard. Ada beberapa jenis railcard yang disediakan oleh National Rail Service di UK ini yaitu: untuk yang berumur 16-25 atau mahasiswa penuh waktu tersedia 16-25 year old/full student railcard, untuk keluarga tersedia family railcard yang bias menanggung maksimum 4 dewasa dan 4 anak-anak, untuk orang tua dan pensiunan tersedia senior railcard, dan berbagai macam jenis railcard lainnya termasuk untuk penyandang cacat.
Pengalaman berbeda dialami oleh sekelompok pemuda berwajah Asia yang duduk beberapa blok dibelakangku. Mereka diminta menunjukkan tiket beserta railcard, namun ternyata tidak ada railcard yang bisa mereka tunjukkan. Akhirnya mereka diminta untuk membeli lagi tiket baru seharga tiket tanpa railcard yang tentu saja jauh lebih mahal, apalagi dibeli pada hari keberangkatan. Biasanya haga tiket satu bulan sebelum keberangkatan jauh lebih rendah daripada harga tiket pada hari keberangkatan. Para pemuda dan pemudi tersebut akhirnya terpaksa membayar penuh.
Entah kenapa, aku merasa kurang sreg dengan tingkah laku mereka sejak pertama naik tadi. Mereka berbicara dengan suara sangat keras tanpa menghiruakan penumpang lain. Mereka sepertinya sedang memainkan permaianan kartu. Kata-kata umpatan dan jorok sering keluar dari mulut mereka tanpa risih. Mencermati kelakuan mereka, saya pikir wajar kalau kemudian kemudian muncul sentiment warga asli meningkat.
Jarum jam sudah menunjukan 06.45. Baru saja lewat seorang petugas dengan troli menawarkan makanan ringan dan minuman. Berdasarkan riset kepuasan pelanggan, salah satu yang disukai oleh penumpang adalah tersedianya buffet makanan di gerbong kereta atau minimal troli tersebut. Umumnya penumpang membeli kopi panas sebagai teman perjalanan. Meskipun harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan diluar, para penumpang tetap memesan.
Aku pernah punya pengalaman lucu pada musim winter lalu. Saat itu aku sedang dalam perjalanan ke London. Karena merasa haus, aku memesan sebotol air putih ke petugas tersebut. Setelah memberikan sebotol air mineral, dia bertanya sesuatu yang sulit sekali kupahami. Barangkali dia menggunakan dialeg dari daerah Wales atau Scothland. Melihat dia memegang gelas, aku pikir dia menawarkan untuk menggunakan gelas maka kujawab denga ‘yes’. Beberapa saat kemudian sebuah gelas berisi batu es telah terletak dimeja depan tempat dudukku. Ooo, ternyata dia menawarkan es batu, hehehe. Semoga es batu ini bukan berasal dari tumpukan salju diluar sana pikirku. Agar tidak terlihat tidak menghargai, maka kupaksakan juga memasukkan sedikit air tadi kedalam gelas penuh batu es tersebut dan kusedot beberapa teguk. Setelah itu, tak pernah kusentuh lagi.
06.55 BST.
Luar biasa, tak terasa telah hampir satu jam aku didalam kereta ini. Konon kabarnya memang dengan melakukan aktifitas tertentu, perjalanan menggunakan kereta ini menjadi lebih bermanfaat. Sebuah penelitian oleh psikolog mengenai tipe-tipe personal mampu menjelaskan hal ini. Menurutnya personality itu ada dua yaitu polychronic dan monochronic. Polychronic berarti orang yang memiliki kecenderungan untuk menyukai melakukan banyak pekerjaan sekaligus pada selang waktu tertentu (multitasking) sedangkan monochromic person adalah orang yang cenderung menyelesaikan setiap tugas satu persatu. Jika ditotalkan jumlah waktu yang digunakan untuk tiap aktifitas oleh orang polychronic ini, bisa dikatakan dia seperti mempunyai waktu 30 jam sehari atau 45% lebih banyak daripada orang yang monochronic. Salah satu yang menonjol dari orang polychronic adalah dia cenderung untuk menggunakan waktu selama perjalanan dengan melakukan berbagai tugas baik menyangkut pekerjaan maupun sekedar kegiatan pengisi waktu. Apakah dengan menuliskan pengalaman perjalanan ini menunjukkan bahwa aku juga termasuk polychronic? Wallahualam.
Kereta baru saja melewati York. Sebuah Kota Tua yang merupakan benteng terkuat para Royalist selama English Civil War. Beberapa penumpang naik dan mencari-cari bangku kosong ataupun bangku pesanan mereka. Karena mejaku yang terdiri dari empat bangku masih menyisakan tiga bangku kosong, seorang ibu dan anak gadisnya meminta ijinku untuk mendudukinya. Kulihat mereka cukup bersahabat dan memakai buasana Muslimah. Ketika kutanya asal mereka dan apakah mereka Muslim. Anak gadisnya menjawab kalau mereka memang muslim dan berasal dari campuran beberapa nasionaliti. Ibunya berasal dari Philipina dan China sedangkan bapaknya berasal dari Inggris dan Afghanistan. Sarah demikian nama gadis tersebut menjelaskan bahwa dia sedang menempuh A level (salah satu persyaratan untuk melanjutkan ketingkat perguruan tinggi) dan hendak melanjutkan ke fakultas kedokteran di salah satu Universitas terkemuka London.
Satu keluarga bule duduk di meja sebelah mejaku. Mereka naik bersamaan dengan teman dudukku. Anak asyik membaca-baca majalah anak, bapaknya membaca Koran dewasa. Anak satunya lagi sibuk memainkan mainan kamera-kameraan. Ibunya duduk memperhatikan kebutuhan anak-anaknya, termasuk snack. Satu gelas minuman coklat panas terletak dimeja mereka. Sebuah keluarga yang menyenangkan sepertinya.
07.15 BST.
Kembali petugas tiket memeriksa tiket penumpang yang berasal dari York atau Darlington. Barangkali dia bisa mengenali penumpang yang baru naik sehingga dia hanya nmemeriksa penumpang yang baru tersebut saja. Ketika memeriksa tiket Sarah dan Ibunya, terjadi dialog singkat yang berakhir dengan kata-kata memahami dari mulut petugas tiket. Rupanya mereka harusnya naik kereta setengah jam lebih awal dari kereta yang ku tumpangi ini, dan mereka beralasan taksinya salah jalan sehingga terlambat sampai di stasiun. Kemudian Sarah sibuk memainkan sebuah game di iPhone 3GS nya. Si Ibu entah kenapa lebih memilih pindah ke bangku belakang.
07.23 BST.
Hamparan lahan pertanian menghijau dikiri kanan rel kereta. Petani di sini umumnya kaya raya. Untuk mengolah lahannya mereka umumnya menggunakan mesin sendiri dan untuk menyiram atau memberi pupuk mereka menggunakan pesawat terbang jenis capung. Jangan kira mereka punya pendidikan rendah. Salah satu teman sesama mahasiswa PhD-ku merupakan seorang petani dan tinggal cukup jauh dari kampus. Dia melanjutkan PhD supaya bisa memanfaatkan ilmunya tersebut untuk memajukan hasil pertaniannya. Luar biasa.
07.27 BST.
Kereta memasuki stasiun Doncaster. Sebuah suara melalui microphone meminta perhatian petugas kereta bahwa seorang penyandang cacat akan naik kereta dan butuh bantuan. Beberapa penumpang naik dan mencari lokasi tempat duduk yang mereka pesan. Setelah berhenti selama 3 menit, kereta kembali melanjutkan perjalanan.
Battery laptopku sudah minta untuk di recharge. Akupun mengeluarkan charger dan mencolokkannya kecolokan di bawah meja. Bapak di meja sebelah beranjak mengantar anaknya ke toilet. Tak lama kemudian merekapun kembali dan kembali sibuk dengan majalah anak-anak. Si Bapak duduk dengan anak laki-lakinya dan membacakan cerita yang tertulis di majalah tersebut ke anaknya. Sedangkan si ibu membimbing anak perempuannya untuk mewarnai lukisan di majalah tersebut.
07.35 BST.
Kembali petugas tiket memeriksa penumpang yang naik dari Doncaster. Namun kebetulan disekitarku tidak ada penumpang yang naik di Doncaster.
07.45 BST.
Kembali troli melewati bangkuku. Si gadis berkerudung masih sibuk dg permaiinannya sedangkan keluarga disebelah masih sibuk dengan kegiatan seperti biasanya. Ibu si gadis memesan sejenis makanan.
Matahari mulai menunjukkan diri. Sinarnyanya yang menembus jendela cukup menyilaukan. Meskipun awalnya sebagian tertutup oleh awan hitam, namun beberapa saat kemudian, awan hitam itupun menghilang.
07.57 BST.
Aku sudah mulai bosan menulis J Capek juga dan nggak ada bahan lagi untuk ditulis. Semua kegiatan sepertinya hanyalah perulangan dari kegaitan-kegiatan sebelumnya.
08.04 BST.
Daripada bingung aku mulai berpikir tentang risetku di kampus. Secara proposal dan kemajuan sebenarnya sudah cukup baik dan termasuk yang tercepat di group ku. Kebetulan risetku mengharuskan aku mewawancarai penumpang kereta di atas kereta dalam perjalanan dari London-Edinburgh. Saat ini aku terpaksa bersabar dulu menunggu ijin dari operator kereta yang belum juga turun. Tepatnya belum juga ketemu dengan orang yang bertanggungjawab memberikan ijin tersebut. Peluang terbuka yang paling mungkin saat ini adalah sekitar tgl 21 April nanti dimana melalui mediasi dari group pengguna kereta kami akan bertemu dengan salah seorang manager di perusahaan kereta ini. Mudah-mudahan usaha tersebut berhasil.
Pikiranku melayang ke Kibar Spring Gathering yang akan dilaksanakan di Southampton dalam waktu dekat ini. Kegaiatan ini merupakan kegiatan dua kali setahun yang diselenggarakan oleh Kibar (Keluarga Islam Indonesia di Britani Raya). Sebagai Ketua, tentunya tanggung jawab terbesar berada ditanganku untuk mensukseskan kegiatan ini. Seorang Ustadz terkenal dari Jakarta akan diundang sebagai pembicara utama didampingi oleh dua orang aktifis dakwah UK dari London. Kegiatan ini insyaAllah akan dibuka oleh Bapak Duta Besar Indonesia untuk Inggris dan Irlandia.
08.13 BST.
Eh..Si Gadis tadi sudah berhenti memainkan iPhone nya. Apakah karena batterynya habis? Entahlah. Dia sekarang sibuk membersihkan kacamatanya. Mungkin juga karena matanya lelah setelah beberapa waktu sibuk melihat layar yang kecil tersebut. Si Bapak dan anak disamping tidak terlihat. Barangkali saat aku sibuk menulis tadi dia ke belakang lagi untuk kedua kalinya mengantar anak laki-lakinya.
Wah ternyata bukan kacamata biasa yang sedang dibersihkan oleh Sarah tadi, melainkan kacamata hitam hehehe. Sangat pekat. Setelah bersih kemudian kacamata tersebut dipakainya dan kemudian terlihat dia mulai mengambil posisi tidur.
Dalam perjalanan seperti ini, aku teringat kampung halamanku yang jauh disana. Siapa sangka akhirnya aku bisa juga memenuhi keinginanku untuk pergi jauh ke bumi Pangeran Charles ini. Teringat jelas pengalaman bagaimana aku berjuang dalam melamar berbagai universitas luar negeri dan mengikuti berbagai wawancara. Walaupun belum berhasil namun aku masih tetap bersemangat dan sampai akhirnya sebuah offer letter dari Imperial College London sampai di tanganku. Imperial merupakan universitas terkemuka di UK. Menyusul juga kemudian beberapa offer letter dari berbagai universitas di Inggris, Australia dan Malaysia. Perjuangan dilanjutkan dengan mencari beasiswa yang akhirnya kuperoleh dari Dikti. Dengan berbagai pertimbangan, termasuk jumlah beasiswa yang relative kecil untuk biaya hidup di London, aku memutuskan untuk melanjutkan study ke Newcastle University.
Perjuangan membawa keluarga ke UK ternyata lebih berat lagi. Bayangkan, untuk mendapatkan Visa UK, tiap orang yang hendak dibawa kita mesti menyediakan dana di rekening sebanyak lebih kurang 65 juta rupiah untuk kurs ketika itu. Karena aku punya dua anak, maka total jumlah dana yang harus kusediakan hampir 200 juta rupiah. Untuk orang sepertiku uang sebanyak itu bukanlah angka yang kecil meskipun dengan mengerahkan berbagai pinjaman dari sanak family. Alhamdulillah Allah memberikan kemudahan. Dengan sedikit siasat, akhirnya aku bisa membawa keluarga. Hmm…sayangnya pagi ini mereka tidak ikut bersamaku menempuh perjalanan ke London ini.
08.26 BST.
Kereta baru saja melewati Peterborough. Di stasiun tadi beberapa orang kembali naik dan sebagiannya turun. Petugas kembali memeriksa tiket penumpang. Sarah meninggalkan tempat duduknya, barangkali menuju toilet dengan meninggalkan tasnya. Apa dia tidak khawatir ya? Walaupun dia bersama ibunya, ibunya duduk dibelakang dan tidak akan tahu kalau aku memeriksa isi tasnya. Tasnya dan tas ibunya ditempatkan di bangku sekitar mejaku.
Anak-anak dimeja sebelah memasukkan potongan roti terakhir kemulutnya. Si Bapak mengeluarkan batu domino untuk dimainkan bersama. Lucu juga anak sekecil itu sudah diajak main domino. Si ibu membantu anak gadisnya sedangkan si Bapak membantu anak laki-laki ketika giliran mereka tiba. Perkiraanku usia anak-anak tersebut masih sekitar 2-3 tahun.
08.34 BST.
Akh lumayan juga. Walaupun capek, cukup banyak juga kerja yang kulakukan selama perjalanan ini. Beberapa e-mail yang selama ini tidak pernah ku buka, ku baca, sebagian yang membutuhkan balasan kubalas. Aku juga sempat mengunjungi situs jarring social yang kuikuti dan mengupdate status di jarring social dan menulis. Karena saat ini sedang ramai-ramainya April moop atau April fool, maka aku tulis status terkait hal tersebut. AKu heran, kenapa banyak orang yang mau berbohong hanya demi merayakan April moop?
08.40 BST.
Baru saja sebuah email ku kirim lewat iPhone ku... Aku mencoba mengalihkan perhatianku ke luar. Diluar sana terlihat sebuah telaga. Beberapa orang dengan payung terkembang sedang asyik memancing. Mereka menggunakan peralatan yang standard bagi mancing mania. Barangkali mereka adalah orang yang hobby memancing. Konon kabarnya untuk memancing ikan di sini diperlukan ijin. Di Telaga Leazis Park, saya pernah melihat seorang pemancing dengan 8 set pancing yang dipasang sekaligus. Ketika dia berhasil mendapatkan ikan besar (sekitar 10 kg), ikan tersebut ditimbangnya dan kemudian dilepaskan lagi. Hmm…apa tidak buang-buang waku yah. Padahal untuk bisa mendapatkan satu ekor ikan itu mungkin dia butuh berjam-jam bahkan berhari-hari.
08.45 BST.
Teman dudukku sepertinya sudah mulai mengantuk. Dia tadi sempat mengeluarkan bunyi ngorok. Sesekali dia menghirup nafas dalam. Barangkali karena sedang terserang flu, dia seperti kesulitan untuk bernafas.
Seorang Bapak berpakaian necis berdasi, sweeter dan rompi duduk dibelakang keluarga di meja sebelahku. Di lengan bajunya terdapat sebuah logo yang sangat terkenal di London yaitu logo Underground, kereta bawah tanah di London yang melayani perjalanan dalam kota. Untuk menggunakan jasa kereta tersebut, penumpang diharuskan untuk membeli tiket di loket yang tersedia. Tiket tersebut harus ditempelkan ke sensor magnetic disetiap pintu masuk dan keluar stasiun. Biaya penggunaan kereta tersebut otomatis dipotong setiapkali tiket tadi digesekkan. London juga menyediakan kartu Oyster yaitu kartu isi ulang yang digunakan sebagai pengganti tiket. Jangan coba-coba masuk ke stasiun jika tidak memiliki tiket atau simpanan dana di tiket kurang dari jumlah yang harus dibayar. Pintu tidak akan terbuka.
Aku pernah dulu membeli tiket one-day untuk Underground ini. Kemudian berkeliling ke berbagai tempat di sana. Salah seorang temanku di Wimbledon mengajakku untuk mampir kerumahnya. Ketika hendak keluar stasiun, aku tertahan dan pintu tidak mau membuka. Aku datangi petugas dan ternyata menurut petugas, tiketku hanya berlaku untuk zona 1 dan zona 2 sedangkan tempat yang kutuju sudah berada diluar zona tersebut dan aku diminta untuk membeli dulu tiket tambahan yang sesuai dengan zona tersebut.
08.56 BST.
Teman dudukku menelpon seseorang. Sepertinya dia masih kesal dengan sopir taksi yang membawa dia ke stasiun yang tidak tahu arah sehingga terlambat masuk kereta. Untungnya tadi petugas kereta memahaminya dan dia dibolehkan terus. Ingat kejadian ini, aku jadi ingat seorang politisi di negeriku yang konon naik pesawat yang tidak sesuai dengan jadwal yang ada di tiketnya.
09.01 BST.
Kereta memasuki sebuah terowongan yang cukup panjang. Gelap dan telingaku seperti mengalami sebuah tekanan. Entah kenapa.
Si Bapak mengeluarkan alat multiguna dan membuka gunting pada alat tersebut dan si anak menjerit. Ternyata si bapak bermaksud menggunting kuku si anak yang terlihat cukup panjang. Dengan sedikit pendekatan, akhirnya sianak bersedia dan begitu selesai, ucapan weldone terdengar serentak dari kedua orang tuanya. Ucapan weldone ini sudah berkali-kali dari tadi kudengar. Hampir setiap tindakan si anak yang dianggap berhasil, dia mendapat penghargaan demikian dari orang tuanya.
09.05 BST.
Sepertinya keretea sudah mendekati stasiun King’s Cross London. Beberapa penumpang bersiap-siap. Suara di microphone memastikan bahwa dalam beberapa saat, kereta segera memasuki stasiun Kings Cross, stasiun tujuan perjalananku. Dua menit kemudian, setelah melewati sebuah terowongan panjang, kereta inipun berhenti. AKupun segera mengemasi barang bawaanku untuk kemudian keluar kereta menuju stasiun Underground. Perjalananpun dilanjutkan. (Ritzal405).