Saturday, 23 April 2011

Sulitnya Berpikir Positif

Foto dari http://blog.abugfreemind.com
Ada suatu pertanyaan yang menggelitik baru-baru ini di sebuah milis yang saya ikuti. Pertanyaan itu adalah seputar apa justifikasi kalau seseorang itu berpikiran positif atau berpikiran negatif. Bahwa berpikiran positif itu baik dan banyak manfaatnya, memang sudah tidak diragukan lagi. Yang dipermasalahkan adalah kapan suatu pikiran itu disebut pikiran positif dan kapan dia menjadi pikiran negatif. Belum pernah saya mendengar orang mempertanyakan hal ini sebelumnya sehingga bagi saya hal ini menjadi menarik. Terlebih lagi ketika mendapat penjelasan dari beberapa orang terhadap suatu contoh kasus , justru penjelasannya saling bertolak belakang. Yang satu mengatakan berpikiran positif dan yang satu lagi mengatakan berpikiran negatif. Salah seorang diantaranya mencoba menengahi dengan mengatakan bahwa pikiran positif atau pikiran negatif itu tergantung pada referensinya. Misal, jika seseorang mengkritik penguasa, maka dari sudut pandang penguasa, pengkritik tadi berpikiran negatif. Namun dari sisi si pengkritik, justru dia sedang berpikiran positif untuk kebaikan bersama. Sepanjang referensi yang digunakan adalah referensi relatif, maka sulit untuk menemukan kata sepakat atas positif atau negatifnya pikiran tadi. Oleh karena itu, pikiran positif atau negatif mestilah diukur dengan ukuran mutlak yakni ajaran dari Yang Maha Kuasa.
Saya mencoba menghubungkan pertanyaan tersebut dengan kejadian yang sering saya baca di media. Ketika mendengar berita akan adanya kunjungan kerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Yang Terhormat ke beberapa Negara di luar negeri, dapat dipastikan beberapa saat setelahnya kita akan segera disuguhi oleh berbagai tanggapan yang umumnya bernada miring dan menunjukkan ketidaksetujuan atas rencana tersebut. “Ah, paling mencari alasan untuk bisa berangkat ke luar negeri bersama keluarga dengan biaya Negara”, atau “Dasar anggota Dewan, maunya menghamburkan uang saja padahal rakyat banyak yang kelaparan”. Kenapa pikiran demikian muncul dari hampir semua lapisan masyarakat? Apakah ini bisa disebut sebagai pikiran negatif? Bagi mereka yang merasa dipojokkan dengan kalimat tersebut pasti menyebut bahwa hal itu adalah pikiran negative. Makanya kemudian ramai-ramai mengajak: “Marilah kita berpikiran positif, jangan berprasangka.” Nah lho?
Karena penasarannya, saya coba mekukan pencarian di dunia maya. Siapa tahu saya bisa mendapatkan penjelasan yang lebih memuaskan. Melalui sebuah mesin pencari, saya coba mengetikkan kata ‘positive thinking’. Di luar dugaan, ternyata ada begitu banyak website yang mengulas tentang kekuatan positive thinking ini. Biasanya hasil pencarian pertama yang saya buka adalah penjelasan dari wikipedia. Anehnya kali ini saya tidak menemukan penjelasan dari wikipedia melainkan satu topic mengenai optimismSedangkan link lainnya umumnya meninjau kata positive thinking dari sudut pandang psikologi yang lebih merupakan personality attitude dan tidak terkait dengan orang lain. Positive thinking bermanfaat bagi orang untuk mengurangi stress dan meningkatkan percaya diri sehingga lebih termotivasi untuk terus berusahaJane Sanderscreator debt management dalam sebuah tulisannya menulis Produce positive thoughts and you’ll find ways to move forward to your goals.
Karena tidak ada penjelasan yang memadai yang saya temukan, maka saya coba mencari kata sebaliknya yakni negative thinking. Di sini saya mendapati beberapa istilah baru yakni critical thinking dan rasional thinking. Satu kalimat penghubung antara negative thinking denganpositive thinking adalah sebegai berikut:
“As long as you have control of your physical and mental existence, you can apply the necessary actions to block out negative thinking traits, replacing them with positive, intelligent and critical evaluations.” Kalimat tersebut ditulis oleh Stephen G. Saya menangkap kesan bahwa salah satu ciri tidak berpikiran negative adalah dengan melakukan evaluasi secara cerdas dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi. Sepanjang pendapat tersebut sudah melalui kajian kritis dan cerdas, maka pendapat itu bisa disebut sebagai positive thinking.
Kalau begitu, apakah pendapat yang menyatakan bahwa kunjungan kerja anggota Dewan keluar negeri sebagai tidak bermanfaat dan hanya menghamburkan uang negara merupakan pikiran positif atau negative? Tentu saja mesti dilihat dari proses lahirnya pikiran tersebut. Jika pikiran tersebut merupakan hasil kajian cerdas dan kritis maka bisa dikatakan bahwa pikiran tersebut adalah pikiran positif, sebaliknya jika pendapat tersebut lahir bukan dari hasil kajian cerdas dan kritis, maka itu bisa dikatakan itulah negative thinking. Jadi tidak selalu berpendapat bahwa kegiatan kunjungan kerja anggota dewan tersebut sangat bermanfaat bagi rakyat dan harus didukung, merupakan sebuah pikiran positif jika belum pernah melakukan kajian kritis terhadap rencana tersebut.
Sekarang baru saya merasa lebih paham. Ternyata positive thinkingtidak cukup hanya dengan menganggap seseorang/sesuatu itu baik dan selalu akan menghasilkan kebaikan. Tapi lebih dari itu, tanpa mengenyampingkan anggapan-anggapan demikian, yang lebih utama lagi adalah melakukan telaah kritis terhadapnya sehingga bisa memberikan penilaian yang adil dan benar. Ternyata positive thinking itu sulit juga yah.

Monday, 18 April 2011

Alhamdulillah tuntas sudah...

Serah terima amanah Ketua Kibar. (Doc. Trigo Neo Starden)
Southampton tanggal 17 April 2011 menjadi momen terakhirku mengemban amanah sebagai Ketua KIBAR (Keluarga Islam Indonesia Britania Raya. Hal itu ditandai dengan suksesnya kegiatan Kibar Spring Gathering, 16-17 April 2011 di Southampton dan terpilihnya secara aklamasi Bapak Dr. Abram Perdana sebagai Ketua Kibar yang baru. Terhitung sejak tanggal 4 April 2010 sampai kemaren 17 April 2011, telah lebih satu tahun Pengurus Kibar 2010-2011 mengemban amanah menjalankan misi-misi Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya. Banyak program telah direncanakan dan telah direalisasikan, namun banyak juga yang dalam perjalanannya tidak semulus yang direncanakan.


Aku sangat terharu dan bangga, karena walaupun lelah mendera, namun teman-teman tidak patah semangat. Semua bahu membahu mewujudkan misi-misi yang sudah ditetapkan. Tidak hanya pengurus, bahkan semua warga/sahabat KIBAR secara ikhlas membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dirancang. Suasana keakraban dalam suasana ukhuwah Islamiyah benar-benar sangat terasa. Apalagi ketika momen temu akbar dua kali setahun Kibar Gathering, seluruh sahabat Kibar dari berbagai kota di UK datang berkumpul bersama, bersilaturrahim sambil menuntut ilmu. Sungguh luar biasa. Pembiayaan untuk kegiatan ini ditanggung secara bersama tanpa kecuali, baik panitia, pengurus maupun anggota pengajian lokal dan donatur, semua secara sukarela urunan memberikan sumbangan demi terwujudnya kegiatan. Ada yang menyumbangkan paket makan siang/malam, paket makanan ringan, minuman dan buah-buahan. Semoga Allah SWT membalas segala amal yang telah dilakukan ini dengan sebaik-baik balasan, baik kebaikan di dunia dan terlebih lagi kebaikan di akhirat nanti berupa syurga-Nya.


Memang, selama Periode Kepengurusan ini, masih banyak amanah/harapan/aspirasi yang belum mampu dijalankan, belum sempurna dalam pelaksanaan, khilaf dalam penafsiran ataupun berbagai kekurangan lainnya. Oleh karena itu, sebagai manusia biasa, hanya kata maaf yang terucap, semoga semua pihak sudi memaafkan segala kesalahan, kekurangan dan kekhilafan tersebut dan sebagai Hamba Allah, kepada-Nya kumohon ampunan.


Bapak Dr. Abram Perdana, Selamat Menjalankan Amanah sebagai Ketua Kibar minimal dalam satu tahun kedepan. Aku yakin Bapak dan seluruh jajaran Pengurus yang terbentuk nantinya bisa berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi dari kami. Doa ku menyertai Bapak. Semoga Allah memberikan kemudahan dan memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua.

Wassalam

Saturday, 2 April 2011

Menit demi menit menuju London

Jarum jam sudah menunjukkan jam 06.08 BST. Berarti sudah 8 menit aku berada di Eastcoast train ini menuju London. Ya, hari ini aku memenuhi undangan Ketua Muhammadiyah Cabang Istimewa UK untuk menghadiri acara Baitul Arqom yang merupakan salah satu kegiatan rutin dalam meng-upgrade pemahaman warga Muhammadiyah.

Kereta pagi ini masih terbilang kosong. Hanya beberapa kursi saja yang terisi. Beberapa bangku sudah dipasangi kartu pertanda bahwa kursi tersebut sudah dipesan. Aku memilih duduk di kursi yang ada mejanya supaya aku bisa lebih leluasa menggunakan computer. Selain mudah menempatkan computer, di meja juga tersedia colokan listrik untuk men-re-charge HP dan Laptop.

06.15 BST.
Kota Durham baru saja terlewati. Beberapa saat yang lalu seorang juru tiket memeriksa tiket penumpang. Tiketku adalah open ticket yang kupesan dengan menyertakan student railcard. Biasanya juru tiket juga memeriksa railcard penumpang jika tiket yang digunakannya menyertakan railcard. Mungkin karena dia mempercayaiku, dia tidak meminta ku menunjukkan railcard.

Sekedar catatn, open tiket berarti bisa berangkat kapan saja dan memilih rute mana saja dalam satu bulan kedepan dan hanya berlaku untuk sekali perjalanan bolak balik. Sedangkan railcard adalah sebuah kartu yang dapat digunakan untuk mendapatkan diskon harga sampai 30% harga standard. Ada beberapa jenis railcard yang disediakan oleh National Rail Service di UK ini yaitu: untuk yang berumur 16-25 atau mahasiswa penuh waktu tersedia 16-25 year old/full student railcard, untuk keluarga tersedia family railcard yang bias menanggung maksimum  4 dewasa dan 4 anak-anak, untuk orang tua dan pensiunan tersedia senior railcard, dan berbagai macam jenis railcard lainnya termasuk untuk penyandang cacat. 

Pengalaman berbeda dialami oleh sekelompok pemuda berwajah Asia yang duduk beberapa blok dibelakangku. Mereka diminta menunjukkan tiket beserta railcard, namun ternyata tidak ada railcard yang bisa mereka tunjukkan. Akhirnya mereka diminta untuk membeli lagi tiket baru seharga tiket tanpa railcard yang tentu saja jauh lebih mahal, apalagi dibeli pada hari keberangkatan. Biasanya haga tiket satu bulan sebelum keberangkatan jauh lebih rendah daripada harga tiket pada hari keberangkatan. Para pemuda dan pemudi tersebut akhirnya terpaksa membayar penuh.

Entah kenapa, aku merasa kurang sreg dengan tingkah laku mereka sejak pertama naik tadi. Mereka berbicara dengan suara sangat keras tanpa menghiruakan penumpang lain. Mereka sepertinya sedang memainkan permaianan kartu. Kata-kata umpatan dan jorok sering keluar dari mulut mereka tanpa risih. Mencermati kelakuan mereka, saya pikir wajar kalau kemudian kemudian muncul sentiment warga asli meningkat. 

Jarum jam sudah menunjukan 06.45. Baru saja lewat seorang petugas dengan troli menawarkan makanan ringan dan minuman. Berdasarkan riset kepuasan pelanggan, salah satu yang disukai oleh penumpang adalah tersedianya buffet makanan di gerbong kereta atau minimal troli tersebut. Umumnya penumpang membeli kopi panas sebagai teman perjalanan. Meskipun harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan diluar, para penumpang tetap memesan.

Aku pernah punya pengalaman lucu pada musim winter lalu. Saat itu aku sedang dalam perjalanan ke London. Karena merasa haus, aku memesan sebotol air putih ke petugas tersebut. Setelah memberikan sebotol air mineral, dia bertanya sesuatu yang sulit sekali kupahami. Barangkali dia menggunakan dialeg dari daerah Wales atau Scothland. Melihat dia memegang gelas, aku pikir dia menawarkan untuk menggunakan gelas maka kujawab denga ‘yes’. Beberapa saat kemudian sebuah gelas berisi batu es telah terletak dimeja depan tempat dudukku. Ooo, ternyata dia menawarkan es batu, hehehe. Semoga es batu ini bukan berasal dari tumpukan salju diluar sana pikirku. Agar tidak terlihat tidak menghargai, maka kupaksakan juga memasukkan sedikit air tadi kedalam gelas penuh batu es tersebut dan kusedot  beberapa teguk. Setelah itu, tak pernah kusentuh lagi.

06.55 BST.
Luar biasa, tak terasa telah hampir satu jam aku didalam kereta ini. Konon kabarnya memang dengan melakukan aktifitas tertentu, perjalanan menggunakan kereta ini menjadi lebih bermanfaat. Sebuah penelitian oleh psikolog mengenai tipe-tipe personal mampu menjelaskan hal ini. Menurutnya personality itu ada dua yaitu polychronic dan monochronic. Polychronic berarti orang yang memiliki kecenderungan untuk menyukai melakukan banyak pekerjaan sekaligus pada selang waktu tertentu (multitasking) sedangkan monochromic person adalah orang yang cenderung menyelesaikan setiap tugas satu persatu. Jika ditotalkan jumlah waktu yang digunakan untuk tiap aktifitas oleh orang polychronic ini, bisa dikatakan dia seperti mempunyai waktu 30 jam sehari atau 45% lebih banyak daripada orang yang monochronic. Salah satu yang menonjol dari orang polychronic adalah dia cenderung untuk menggunakan waktu selama perjalanan dengan melakukan berbagai tugas baik menyangkut pekerjaan maupun sekedar kegiatan pengisi waktu. Apakah dengan menuliskan pengalaman perjalanan ini menunjukkan bahwa aku juga termasuk polychronic? Wallahualam.

Kereta baru saja melewati York. Sebuah Kota Tua yang merupakan benteng terkuat para Royalist selama English Civil War. Beberapa penumpang naik dan mencari-cari bangku kosong ataupun bangku pesanan mereka. Karena mejaku yang terdiri dari empat bangku masih menyisakan tiga bangku kosong, seorang ibu dan anak gadisnya meminta ijinku untuk mendudukinya. Kulihat mereka cukup bersahabat dan memakai buasana Muslimah. Ketika kutanya asal mereka dan apakah mereka Muslim. Anak gadisnya menjawab kalau mereka memang muslim dan berasal dari campuran beberapa nasionaliti. Ibunya berasal dari Philipina dan China sedangkan bapaknya berasal dari Inggris dan Afghanistan. Sarah demikian nama gadis tersebut menjelaskan bahwa dia sedang menempuh A level (salah satu persyaratan untuk melanjutkan ketingkat perguruan tinggi) dan hendak melanjutkan ke fakultas kedokteran di salah satu Universitas terkemuka London.

Satu keluarga bule duduk di meja sebelah mejaku. Mereka naik bersamaan dengan teman dudukku. Anak asyik membaca-baca majalah anak, bapaknya membaca Koran dewasa. Anak satunya lagi sibuk memainkan mainan kamera-kameraan. Ibunya duduk memperhatikan kebutuhan anak-anaknya, termasuk snack. Satu gelas minuman coklat panas terletak dimeja mereka. Sebuah keluarga yang menyenangkan sepertinya.

07.15 BST.
Kembali petugas tiket memeriksa tiket penumpang yang berasal dari York atau Darlington. Barangkali dia bisa mengenali penumpang yang baru naik sehingga dia hanya nmemeriksa penumpang yang baru tersebut saja. Ketika memeriksa tiket Sarah dan Ibunya, terjadi dialog singkat yang berakhir dengan kata-kata memahami dari mulut petugas tiket. Rupanya mereka harusnya naik kereta setengah jam lebih awal dari kereta yang ku tumpangi ini, dan mereka beralasan taksinya salah jalan sehingga terlambat sampai di stasiun. Kemudian Sarah sibuk memainkan sebuah game di iPhone 3GS nya. Si Ibu entah kenapa lebih memilih pindah ke bangku belakang.






07.23 BST.
Hamparan lahan pertanian menghijau dikiri kanan rel kereta. Petani di sini umumnya kaya raya. Untuk mengolah lahannya mereka umumnya menggunakan mesin sendiri dan untuk menyiram atau memberi pupuk mereka menggunakan pesawat terbang jenis capung. Jangan kira mereka punya pendidikan rendah. Salah satu teman sesama mahasiswa PhD-ku merupakan seorang petani dan tinggal cukup jauh dari kampus. Dia melanjutkan PhD supaya bisa memanfaatkan ilmunya tersebut untuk memajukan hasil pertaniannya. Luar biasa.

07.27 BST.
Kereta memasuki stasiun Doncaster. Sebuah suara melalui microphone meminta perhatian petugas kereta bahwa seorang penyandang cacat akan naik kereta dan butuh bantuan. Beberapa penumpang naik dan mencari lokasi tempat duduk yang mereka pesan. Setelah berhenti selama 3 menit, kereta kembali melanjutkan perjalanan.
Battery laptopku sudah minta untuk di recharge. Akupun mengeluarkan charger dan mencolokkannya kecolokan di bawah meja. Bapak di meja sebelah beranjak mengantar anaknya ke toilet. Tak lama kemudian merekapun kembali dan kembali sibuk dengan majalah anak-anak. Si Bapak duduk dengan anak laki-lakinya dan membacakan cerita yang tertulis di majalah tersebut ke anaknya. Sedangkan si ibu membimbing anak perempuannya untuk mewarnai lukisan di majalah tersebut.

07.35 BST.
Kembali petugas tiket memeriksa penumpang yang naik dari Doncaster. Namun kebetulan disekitarku tidak ada penumpang yang naik di Doncaster.

07.45 BST.
Kembali troli melewati bangkuku. Si gadis berkerudung masih sibuk dg permaiinannya sedangkan keluarga disebelah masih sibuk dengan kegiatan seperti biasanya. Ibu si gadis memesan sejenis makanan.
Matahari mulai menunjukkan diri. Sinarnyanya yang menembus jendela cukup menyilaukan. Meskipun awalnya sebagian tertutup  oleh awan hitam, namun beberapa saat kemudian, awan hitam itupun menghilang.

07.57 BST.
Aku sudah mulai bosan menulis J Capek juga dan nggak ada bahan lagi untuk ditulis. Semua kegiatan sepertinya hanyalah perulangan dari kegaitan-kegiatan sebelumnya.

08.04 BST.
Daripada bingung aku mulai berpikir tentang risetku di kampus. Secara proposal dan kemajuan sebenarnya sudah cukup baik dan termasuk yang tercepat di group ku. Kebetulan risetku mengharuskan aku mewawancarai penumpang kereta di atas kereta dalam perjalanan dari London-Edinburgh. Saat ini aku terpaksa bersabar dulu menunggu ijin dari operator kereta yang belum juga turun. Tepatnya belum juga ketemu dengan orang yang bertanggungjawab memberikan ijin tersebut. Peluang terbuka yang paling mungkin saat ini adalah sekitar tgl 21 April nanti dimana melalui mediasi dari group pengguna kereta kami akan bertemu dengan salah seorang manager di perusahaan kereta ini. Mudah-mudahan usaha tersebut berhasil.
Pikiranku melayang ke Kibar Spring Gathering yang akan dilaksanakan di Southampton dalam waktu dekat ini. Kegaiatan ini merupakan kegiatan dua kali setahun yang diselenggarakan oleh Kibar (Keluarga Islam Indonesia di Britani Raya). Sebagai Ketua, tentunya tanggung jawab terbesar berada ditanganku untuk mensukseskan kegiatan ini. Seorang Ustadz terkenal dari Jakarta akan diundang sebagai pembicara utama didampingi oleh dua orang aktifis dakwah UK dari London. Kegiatan ini insyaAllah akan dibuka oleh Bapak Duta Besar Indonesia untuk Inggris dan Irlandia.

08.13 BST.
Eh..Si Gadis tadi sudah berhenti memainkan iPhone nya. Apakah karena batterynya habis? Entahlah. Dia sekarang sibuk membersihkan kacamatanya. Mungkin juga karena matanya lelah setelah beberapa waktu sibuk melihat layar yang kecil tersebut. Si Bapak dan anak disamping tidak terlihat. Barangkali saat aku sibuk menulis tadi dia ke belakang lagi untuk kedua kalinya mengantar anak laki-lakinya.

Wah ternyata bukan kacamata biasa yang sedang dibersihkan oleh Sarah tadi, melainkan kacamata hitam hehehe. Sangat pekat. Setelah bersih kemudian kacamata tersebut dipakainya dan kemudian terlihat dia mulai mengambil posisi tidur.

Dalam perjalanan seperti ini, aku teringat kampung halamanku yang jauh disana. Siapa sangka akhirnya aku bisa juga memenuhi keinginanku untuk pergi jauh ke bumi Pangeran Charles ini. Teringat jelas pengalaman bagaimana aku berjuang dalam melamar berbagai universitas luar negeri dan mengikuti berbagai wawancara. Walaupun belum berhasil namun aku masih tetap bersemangat dan sampai akhirnya sebuah offer letter dari Imperial College London sampai di tanganku. Imperial merupakan universitas terkemuka di UK. Menyusul juga kemudian beberapa offer letter dari berbagai universitas di Inggris, Australia dan Malaysia. Perjuangan dilanjutkan dengan mencari beasiswa yang akhirnya kuperoleh dari Dikti. Dengan berbagai pertimbangan, termasuk jumlah beasiswa yang relative kecil untuk biaya hidup di London, aku memutuskan untuk melanjutkan study ke Newcastle University.

Perjuangan membawa keluarga ke UK ternyata lebih berat lagi. Bayangkan, untuk mendapatkan Visa UK, tiap orang yang hendak dibawa kita mesti menyediakan dana di rekening sebanyak lebih kurang 65 juta rupiah untuk kurs ketika itu. Karena aku punya dua anak, maka total jumlah dana yang harus kusediakan hampir 200 juta rupiah. Untuk orang sepertiku uang sebanyak itu bukanlah angka yang kecil meskipun dengan mengerahkan berbagai pinjaman dari sanak family. Alhamdulillah Allah memberikan kemudahan. Dengan sedikit siasat, akhirnya aku bisa membawa keluarga. Hmm…sayangnya pagi ini mereka tidak ikut bersamaku menempuh perjalanan ke London ini.

08.26 BST.
Kereta baru saja melewati Peterborough. Di stasiun tadi beberapa orang kembali naik dan sebagiannya turun. Petugas kembali memeriksa tiket penumpang. Sarah meninggalkan tempat duduknya, barangkali menuju toilet dengan meninggalkan tasnya. Apa dia tidak khawatir ya? Walaupun dia bersama ibunya, ibunya duduk dibelakang dan tidak akan tahu kalau aku memeriksa isi tasnya. Tasnya dan tas ibunya ditempatkan di bangku sekitar mejaku.
Anak-anak dimeja sebelah memasukkan potongan roti terakhir kemulutnya. Si Bapak mengeluarkan batu domino untuk dimainkan bersama. Lucu juga anak sekecil itu sudah diajak main domino. Si ibu membantu anak gadisnya sedangkan si Bapak membantu anak laki-laki ketika giliran mereka tiba. Perkiraanku usia anak-anak tersebut masih sekitar 2-3 tahun.

08.34 BST.
Akh lumayan juga. Walaupun capek, cukup banyak juga kerja yang kulakukan selama perjalanan ini. Beberapa e-mail yang selama ini tidak pernah ku buka, ku baca, sebagian yang membutuhkan balasan kubalas. Aku juga sempat mengunjungi situs jarring social yang kuikuti dan mengupdate status di jarring social dan menulis. Karena saat ini sedang ramai-ramainya April moop atau April fool, maka aku tulis status terkait hal tersebut. AKu heran, kenapa banyak orang yang mau berbohong hanya demi merayakan April moop?

08.40 BST.
Baru saja sebuah email ku kirim lewat iPhone ku... Aku mencoba mengalihkan perhatianku ke luar. Diluar sana terlihat sebuah telaga. Beberapa orang dengan payung terkembang sedang asyik memancing. Mereka menggunakan peralatan yang standard bagi mancing mania. Barangkali mereka adalah orang yang hobby memancing. Konon kabarnya untuk memancing ikan di sini diperlukan ijin. Di Telaga Leazis Park, saya pernah melihat seorang pemancing dengan 8 set pancing yang dipasang sekaligus. Ketika dia berhasil mendapatkan ikan besar (sekitar 10 kg), ikan tersebut ditimbangnya dan kemudian dilepaskan lagi. Hmm…apa tidak buang-buang waku yah. Padahal untuk bisa mendapatkan satu ekor ikan itu mungkin dia butuh berjam-jam bahkan berhari-hari.

08.45 BST.
Teman dudukku sepertinya sudah mulai mengantuk. Dia tadi sempat mengeluarkan bunyi ngorok. Sesekali dia menghirup nafas dalam. Barangkali karena sedang terserang flu, dia seperti kesulitan untuk bernafas.
Seorang Bapak berpakaian necis berdasi, sweeter dan rompi duduk dibelakang keluarga di meja sebelahku. Di lengan bajunya terdapat sebuah logo yang sangat terkenal di London yaitu logo Underground, kereta bawah tanah di London yang melayani perjalanan dalam kota. Untuk menggunakan jasa kereta tersebut, penumpang diharuskan untuk membeli tiket di loket yang tersedia. Tiket tersebut harus ditempelkan ke sensor magnetic disetiap pintu masuk dan keluar stasiun. Biaya penggunaan kereta tersebut otomatis dipotong setiapkali tiket tadi digesekkan. London juga menyediakan kartu Oyster yaitu kartu isi ulang yang digunakan sebagai pengganti tiket. Jangan coba-coba masuk ke stasiun jika tidak memiliki tiket atau simpanan dana di tiket kurang dari jumlah yang harus dibayar. Pintu tidak akan terbuka.
Aku pernah dulu membeli tiket one-day untuk Underground ini. Kemudian berkeliling ke berbagai tempat di sana. Salah seorang temanku di Wimbledon mengajakku untuk mampir kerumahnya. Ketika hendak keluar stasiun, aku tertahan dan pintu tidak mau membuka. Aku datangi petugas dan ternyata menurut petugas, tiketku hanya berlaku untuk zona 1 dan zona 2 sedangkan tempat yang kutuju sudah berada diluar zona tersebut dan aku diminta untuk membeli dulu tiket tambahan yang sesuai dengan zona tersebut.

08.56 BST.
Teman dudukku menelpon seseorang. Sepertinya dia masih kesal dengan sopir taksi yang membawa dia ke stasiun yang tidak tahu arah sehingga terlambat masuk kereta. Untungnya tadi petugas kereta memahaminya dan dia dibolehkan terus. Ingat kejadian ini, aku jadi ingat seorang politisi di negeriku yang konon naik pesawat yang tidak sesuai dengan jadwal yang ada di tiketnya.

09.01 BST.
Kereta memasuki sebuah terowongan yang cukup panjang. Gelap dan telingaku seperti mengalami sebuah tekanan. Entah kenapa.
Si Bapak mengeluarkan alat multiguna dan membuka gunting pada alat tersebut dan si anak menjerit. Ternyata si bapak bermaksud menggunting kuku si anak yang terlihat cukup panjang. Dengan sedikit pendekatan, akhirnya sianak bersedia dan begitu selesai, ucapan weldone terdengar serentak dari kedua orang tuanya. Ucapan weldone ini sudah berkali-kali dari tadi kudengar. Hampir setiap tindakan si anak yang dianggap berhasil, dia mendapat penghargaan demikian dari orang tuanya.

09.05 BST.
Sepertinya keretea sudah mendekati stasiun King’s Cross London. Beberapa penumpang bersiap-siap. Suara di microphone memastikan bahwa dalam beberapa saat, kereta segera memasuki stasiun Kings Cross, stasiun tujuan perjalananku. Dua menit kemudian, setelah melewati sebuah terowongan panjang, kereta inipun berhenti. AKupun segera mengemasi barang bawaanku untuk kemudian keluar kereta menuju stasiun Underground. Perjalananpun dilanjutkan. (Ritzal405).

Bapak Yuri Thamrin Yang Ku Kenal

Penulis bersama Bapak Yuri Thamrin

Sebetulnya perkenalanku dengan beliau belumlah lama. Belum genap setahun. Aku mengenal beliau pertamakali pada saat diadakan pertemuan silaturrahim antara penerima beasiswa Dikti di UK dengan Duta Besar dan Atase Pendidikan KBRI London  di Sheffield. Saat itu Atdik dijabat oleh Bapak Riza Sihbudi dan aku baru saja diamanahi sebagai Ketua KIBAR.
Kesan pertama yang kutangkap dari beliau adalah keramahannya. Begitu memasuki ruangan acara, beliau terlihat terus tersenyum, menyapa dan menyalami setiap orang yang beliau lewati. Saat itu aku duduk dibagian depan. Beliau menghampiriku dan kamipun bersalaman sambil saling sapa. Seorang senior ku dari USU mengenalkanku sebagai Ketua Kibar kepada beliau dan kamipun terlibat obrolan ringan.
Selesai acara pertemuan, aku berusaha menemui beliau untuk sekedar menyapa karena selama di ruangan tadi tidak dimungkinkan untuk itu. Sebagai Ketua Kibar yang baru sudah seharusnya aku kembali mengenalkan diri dan rencana-rencana yang akan aku lakukan sebegai Ketua Kibar. Beberapa kali beliau mengajukan pertanyaan seputar diriku termasuk asal institusi dan tinggal di kota mana di UK. Ketika sampai pada pertanyaan asalku, akupun menjawab bahwa aku berasal dari Solok, bekerja di Padang, namun sebelum berangkat sempat tinggal di Payakumbuh selama beberapa tahun. Beliau sedikit terkejut dan menyebutkan bahwa beliau juga berasal dari Payakumbuh. Beliaupun menyebutkan nama Ayahnda beliau yang tentu saja sangat ku kenal karena Ayahnda beliau adalah salah satu tokoh besar di Payakumbuh yang sangat aktif dalam menjalankan kegiatan social dalam berbagai organisasi, salah satunya adalah Rumah Sakit YARSI Payakumbuh tempat istriku sempat bekerja sebagai Dokter Umum PTT selama tiga tahun.
Pertemuan kami berikutnya adalah ketika Pengurus Kibar yang baru terbentuk melakukan silaturrahim ke KBRI guna mengenalkan susunan pengurus baru serta program-programnya. Sebuah dokumen profil dan program kerja Kibarpun diserahkan kepada beliau. Dalam pertemuan tersebut, Bapak Yuri Thamrin menyambut kami dengan wajah yang cerah dan sangat bersahabat. Jauh berbeda dari banyak pejabat yang sebelumnya pernah ku kenal. Dialog kekeluargaanpun mengalir dalam pertemuan tersebut dan diakhiri dengan sesi foto bersama. Tak lupa sebelum pulang beliau mengucapkan terimakasih kepada pengurus Kibar yang telah berusaha membina warga Indonesia di UK yang menurut beliau ikut membantu kelancaran tugas beliau.
Pertemuan berikutnya terjadi dalam sebuah acara seminar yang diadakan oleh PIP PKS UK di London. Hadir dalam seminar tersebut beberapa anggota Dewan Pengurus Pusat PKS, Walikota Towerhamlet dan beberapa anggota House of Lord UK. Aku kebetulan diundang mewakili Kibar sedangkan beliau diundang untuk memberikan kata sambutan dan membuka acara seminar secara resmi. Ketika aku memasuki ruangan acara, kulihat beliau sudah duduk diantara panitia dan Pengurus Pusat PKS. Aku melihat beliau dan tersenyum. Namun karena sungkan oleh sebab orang-orang yang duduk disekeliling meja tersebut adalah para pejabat, aku memilih berlalu dan bermaksud mencari bangku sedikit dibelakang, tempat beberapa mahasiswa yang kukenal duduk bercengkerama.
Tak kusangka beliau memanggilku dan mengajakku duduk dekat beliau dan mengenalkanku pada para petinggi PKS yang hadir. Kemudian beliaupun menunjukkan perhatiannya dengan menanyakan studyku serta kegiatan Kibar yang kujawab apa adanya. Tak lupa secara informal aku mengundang beliau untuk datang pada Kibar Spring gathering yang akan dilaksanakan di Southampton dan beliaupun menyanggupi dengan catatan tidak ada agenda yang lebih penting.
Pertemuan terakhir adalah tadi siang ketika aku menghadiri Baitul Arqom Muhammadiyah di London atas undangan Pengurus Muhammadiyah Cabang Istimewa UK. Tak kusangka dalam sambutannya beliau tiba-tiba menyebut namaku dan mengenalkanku kepada para hadirin. Padahal seingatku, saat beliau memasuki ruangan beliau tidak menoleh kepadaku dan ketika beliau memberi sambutan, aku duduk dibarisan bangku paling belakang.
Pada saat jam istirahat, kembali beliau menyapaku dan menanyakan berbagai hal mulai dari masalah pribadi seperti studi sampai ke kegiatan Kibar. Beliau juga sempat menceritakan bahwa beliau baru saja dari Kota Payakumbuh untuk menjumpai Ayahnda beliau yang katanya sudah mulai sakit-sakitan, barangkali karena usia yang sudah cukup lanjut. Setahuku, meskipun Bapak Thamrin Manan sudah tua, namun tidak menghambat beliau untuk terus berkarya dan memberdayakan masyarakat melalui lembaga-lembaga yang beliau bina. Dalam hati, akupun mendoakan semoga beliau diberi kesembuhan oleh Allah sehingga tetap terus dapat beraktifitas di masyarakat.
Sungguh aku merasa beruntung bisa mengenal Bapak Yuri Thamrin. Terlepas dari kekurangannya sebagai manusia biasa, ada banyak hal yang bisa kupelajari dari beliau, mulai dari sikap ramah dan luwesnya, daya ingatnya terhadap orang-orang yang pernah beliau kenal dan lembutnya tutur bahasa beliau. Wejangan-wejangan yang beliau sampaikan sangat aplikatif dan bermanfaat. Sedih juga mendengar kabar angin bahwa beliau akan segera mengakhiri masa pengabdian beliau sebagai Duta Besar RI untuk Inggris dan Irlandia. Semoga Allah membalas segala jasa baiknya bagi ummat, bangsa dan negara. Semoga Allah memberikan kebaikan kepada beliau sehingga beliaupun tetap dapat berkhidmat untuk bangsa ini diposisi manapun beliau ditempatkan selepas ini. (Ritzal405)