Wednesday, 26 September 2012

Mau Kerja Part-Time?

"Ya mau gimana lagi Mas, soalnya beasiswa nggak cukup untuk membawa keluarga. Padahal saya juga ingin keluarga ikut menambah pengalaman hidup di negara maju. Jadi..."

"Sponsor saya cuma membiayai tuition fee saja Mas, sedangkan biaya hidup harus cari sendiri. kalau mengandalkan tabungan ngga cukup, jadi..."

"Lumayan buat menambah koleksi gadget...Soalnya aku pengen yang ini, pengen yang itu, ini itu banyak sekali...aku mau iPad, MacBook, dsb,..."

"Buat beli BMW Mas, nanti bisa dibawa pulang, dipakai dua tahun terus dijual lagi dan masih untung..." (pst..ini pasti bukan mahasiswa dari Indonesia).

"Buat nambah tabungan haji Mas, Insya Allah saya tekadkan untuk bisa berangkat haji dulu sebelum kembali ke tanah air. Kalau berangkat dari tanah air mesti antri sampai belasan tahun, kalau dari sini kan bisa langsung berangkat..." (Semoga banyak yang punya jawaban seperti ini).

Jawaban-jawaban diatas merupakan sebagian alasan kenapa PhD student nyambi kerja sebagai staf kebersihan, penjaga toko, pengasuh anak, atau pekerjaan sejenis lainnya. Menjadi staf kebersihan atau kerja paruh waktu lainnya tentulah bukan cita-cita utama seorang calon PhD di Inggris. Namun kadangkala pekerjaan itu menjadi sesuatu yang sangat diidamkan ditengah ketidakberdayaan menghadapi tekanan biaya hidup yang semakin tinggi. Bagi mereka yang melanjutkan study dengan modal nekat atau dengan dukungan finansial seadanya, kerja paruh waktu menjadi sesuatu yang sangat menarik dan terus diburu.

Bekerja paruh waktu di Inggris tidaklah terlarang. Visa TIER 4 untuk mahasiswa asal Indonesia memungkinkan untuk kerja paruh waktu asal tidak lebih dari batas maksimal yang diijinkan (Visa saya membolehkan maks 20 jam seminggu). Sedangkan bagi dependant (suami atau istri yang menemani student) dibolehkan kerja penuh waktu. Artikel ini ditulis karena banyak teman-teman yang bertanya bagaimana caranya mendapatkan kerja part-time di UK. Namun sebelumnya, bagi pelajar terutama PhD student, ada baiknya baca dulu artikel PhD is not only about research.

Sebelum melamar kerja, ada beberapa hal yang harus disiapkan:

1. National Insurance (NI) number.
Bentuk fisik NI number di kita adalah seperti kartu penduduk, dimana dituliskan nama kita dan nomor NI kita. Untuk mendapatkan nomor ini cukup dengan menelpon jobcentreplus pada nomor: 0845 600 0643. NI number ini free jika mendaftar melalui Jobcentre plus. Sebelum menelpon harap siapkan data diri termasuk alamat dengan post code-nya, pasport dan visa, karena data-data detail tentang ini akan ditanya. Setelah itu, jobcentreplus akan mengirim formulir pendaftaran untuk dilengkapi dan dikirim kembali ke mereka. Setelah itu baru NI number diperoleh. Proses ini biasanya memakan waktu satu-dua bulan.

2. CV sesuai kebutuhan.

Siapkan beberapa jenis CV sesuai dengan jenis pekerjaan yang hendak dilamar. Meskipun untuk pekerjaan sebagai staf kebersihan, buatlah CV secara profesional. Sertakan pengalaman kerja yang bersesuaian.

3. Referee.

Siapkan dua atau tiga nama yang bersedian menjadi referee bagi kita. Nama-nama ini hendaknya nama staf/pejabat pada tempat dimana kita pernah bekerja sebelumnya. Tentunya ini agak sulit bagi pendatang baru, maka gunakanlah nama-nama staf/pejabat yang kita kenal dan mengenal kita di UK. Pastikan orang tersebut bersedia memberikan rekomendasi kepada kita jika diminta oleh perusahaan yang kita lamar (perusahaan akan mengontak orang ini untuk memberikan referensi).

4. Bahan-bahan lain sesuai dengan permintaan pada pengumuman.

Bahan ini biasanya berupa formulir isian atau bahan lainnya. Setelah bahan-bahan diatas ready, maka langkah selanjutnya adalah hunting lowongan kerja.

Pengumuman lowongan kerja biasanyan bisa di lihat dilink dibawah ini. Biasanya tersedia opsi untuk mendapatkan e-mail pemberitahuan jika ada lowongan. Untuk mendapatkannya, maka kita diminta mengisi formulir yang tersedia. Untuk melamar pekerjaan kadang kita juga diminta mengisikan data diri yang ada di CV ke form yang mereka sediakan online dan bisa di update sewaktu-waktu.

1. http://jobseekers.direct.gov.uk/homepage.aspx?sessionid=812164b3-9fe2-4552-b7b1-fccc84a043c6&pid=2



2. http://www.ncl.ac.uk/vacancies/jobs/index.php


3. http://www.jobs.nhs.uk/


4. Di media-media, job vacancy pada website tiap perusahaan, teman yang sedang bekerja pada suatu perusahaan dsb.

Kegiatan berikutnya adalah pelamaran, menunggu panggilan wawancara, wawancara dan persiapan untuk memulai bekerja.

Untuk kali ini saya cukupkan demikian dulu. Untuk tips-tipsnya Insya Allah akan disampaikan pada postingan berikutnya. Selamat hunting...

Saturday, 8 September 2012

Tujuh Jam di Berwick Upon Tweed

Selama tujuh, rombongan pengajian Al-Imanu menjelajahi tempat-tempat bersejarah di Berwick Upon Tweed, England. Perjalanan wisata yang murah meriah, cukup dengan £9 dewasa dan £2.5 anak-anak, kami bisa menikmati indahnya pantai utara England lengkap dengan benteng dan landmarknya berupa jembatan tua yang panjang melintasi sungai Tweed. Kota tua Berwick merupakan kota perbatasan Engand dengan Scotland. Berwick pernah dikuasai oleh Scotland sebelum kemudian diambil alih kembali oleh England pada tahun 1482.

Sekedar berbagi indahnya alam Berwick, silahkan nikmati rekaman video berikut ini:
br />
Newcastle,9-9-2012

Thursday, 23 August 2012

Nuansa Idul Fitri di Aberdeen


“We are Aberdeen Muslim. There are thousands of us. What is our contribution to our community? Do we have a good mosque for pray, Islamic School for our children and Halal Slaughter House? Brothers and sisters, we need to do this initiative. ”

Kami berempat di depan Beach Leisure Centre, Aberdeen.
Demikian salah satu otokritik dan himbauan yang disampaikan oleh khatib dalam khutbah Eid di Kota Aberdeen yang dipusatkan di Beach Leisure Centre, Kota Aberdeen, United Kingdom.

Ribuan jamaah memadati hall basket di komplek yang berlokasi dipinggir pantai tersebut. Kegembiraan terlihat jelas dari wajah-wajah mereka. Memakai pakaian terbaiknya, mereka bersalaman, berangkulan dan saling mendoakan dalam suasana penuh keakraban. Beberapa Muslim asal Indonesia juga terlihat diantara jamaah.
Suasana sebelum pelaksanaan sholat Eid

“Alhamdulillah, saya bisa berjumpa dengan teman-teman dari Indonesia disini.” kata Luthfi. Tenaga kerja asal Indonesia yang baru pindah ke Aberdeen tiga bulan lalu. “Saya sudah tiga bulan di sini, namun baru kali ini bisa bertemu komunitas Indonesia. Saya bertugas di lepas pantai dan baru ke darat sebulan ini.”

Sementara itu, Fitria Heny, muslim Indonesia yang berdomisili di Newcastle tampak keheranan, “Kok sholatnya di hall ya, padahal kan diluar ada lapangan luas dengan rumput yang sangat rapi.” Dokter asal Payakumbuh ini mengaku sengaja datang ke Aberdeen bersama keluarganya untuk membayar utang silaturrahim dengan saudara di Aberdeen, sekalian ingin merasakan suasana I’tikaf dan shalat eid di sana.

“Ini adalah kali ketiga sholat Eid dilaksanakan di Beach Leisure Centre.” jelas Denny, salah seorang tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja di salah satu perusahaan top di sana. Beliau menambahkan, “Pelaksaan sholat Eid di gedung seperti sekarang lebih praktis dan murah dari segi biaya. Jika menyewa lapangan, selain biaya sewanya tinggi, panitia tetap mesti menyiapkan tenda dan alas di atas rumput untuk mengantisipasi cuaca yang sering tak menentu. Akibatnya biaya yang dikeluarkan menjadi sangat tinggi.”

Problem Muslim Aberdeen

Kota Aberdeen adalah kota ketiga terbesar di Scotland, sekitar 7 jam perjalanan dengan kereta dari London, dan terkenal sebagai kota minyak dan kota granit. Menurut data dari Islamic Association of Aberdeen & North East of Scotland, di kota ini terdapat sekitar 5000 muslim berserta keluarganya dan umumnya bekerja di perusahaan minyak atau sebagai pelajar.
Refreshment selepas shalat

Menurut Dolly, salah seorang penggerak pengajian Indonesia di Aberdeen, Muslim Aberdeen hingga saat ini belum memiliki satu bangunanpun yang layak disebut Masjid dan bisa menampung banyak jamaah. Yang ada baru berupa ruangan rumah yang disulap menjadi tempat sholat.

Di bandingkan kota lainnya di United Kingdom, masjid di Aberdeen memang sangat memprihatinkan. Penulis hanya menemukan dua masjid saja di Aberdeen dan itupun hanya berupa rumah yang dimodifikasi yakni Aberdeen Mosque dekat Aberdeen University dan Crown Terrace Mosque yang berada dekat Aberdeen Rail Station. Keduanya sangat sempit dan tidak sanggup menampung jamaah.

“Tanah kabarnya sudah tersedia, tapi ijin pembangunan belum keluar dari City Council karena masih ada kendala yang belum terselesaikan.” ujar Dolly tanpa menjelaskan kendala dimaksud.

Halal bi halal Muslim Indonesia di Aberdeen

Selepas melaksanakan sholat Eid, puluhan Muslim asal Indonesia beserta keluarga berkumpul di rumah salah satu warga untuk melaksanakan halal bi halal. Acara dipandu oleh Rizal Yaya, mahasiswa PhD bidang kebijakan publik di Aberdeen University dan diisi dengan kegiatan ceramah oleh Ustadz Hulail dan pembagian hadiah kepada anak-anak.
Yosritzal Family dan Rizal Yaya Family

 “Kita memberikan hadiah kepada anak-anak kita sebagai bentuk apresiasi kita terhadap prestasi dan effort dari mereka dalam menjalankan ibadah Ramadhan.” kata Rizal Yaya. Pemberian hadiah di awali dengan sharing kemajuan anak dari masing-masing orang tua.
Aktifis pengajian Aberdeen, dari kiri ke kanan: Anto, Rizal Yaya, Ustadz Hulail, Imad

Beberapa ibu-ibu juga mendapatkan hadiah kejutan dari tim tahsin karena berhasil menjawab quiz beberapa waktu sebelumnya.

Menutup kegiatan pengajian, Rizal Yaya mengingatkan, “Pengajian rutin kita adalah salah satu wadah kita untuk saling mengingatkan dan saling menasehati. Semoga kelak kita dikumpulkan kembali oleh Allah di syurga.” 
===================
Dimuat di Dakwatuna.com tgl 22/08/2012 dengan link:

Saturday, 4 August 2012

Liburan asyik di London 2012

London Cable Car
Ini bukan tentang Olympiade lho ya, ini hanya tentang kunjungan kami sekeluarga ke London tahun 2012, tepatnya tanggal 7-8 Juli 2012 yang lalu. Saat itu Kota London tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan event olah raga terbesar di dunia yakni Olympiade tahun 2012 yang dikenal dengan sebutan London 2012. Di sana sini terlihat aktifitas perbaikan jalan, jembatan, pembuatan pagar, penggalian selokan, pemasangan rambu dan marka baru dan aktifitas lainnya. Tentunya tidak ketinggalan finishing gedung utama dan gedung pendukung di komplek atlit.

Stasiun Tube King's Cross

Bendera peserta Olympic di jalan-jalan utama Kota London

Hmm...bendera Indonesia dimana ya?

Pada kesempatan tersebut, kami berencana mengunjungi dan melihat dari dekat Stadion Olympic dan komplek atlit yang sudah selesai dan sedang di rias. Namun, seorang teman menyarankan agar kami juga mencoba Cable Car, sebuah sarana transportasi menyeberangi sungai Thames yang baru beroperasi seminggu yang lalu. Sebagai seorang yang berkecimpung di bidang transportasi, tentunya bagi saya hal ini lebih menarik. Mengingat waktu yang terbatas, akhirnya kami membatalkan niat mengunjungi Olympic Stadium dan memilih menaiki cable car.

Di Emirates Royal Docks Terminal, sebelum beli tiket.
Akhirnya jadilah kami berempat menaiki sarana kereta gantung tersebut milik Emir tersebut. Untuk menaiki Cable Car calon penumpang mesti mempunyai tiket yang harganya berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak dibawah 5 tahun tidak perlu membayar tiket, tapi harus bersama orang dewasa yang punya tiket. Harga tiket cash fares untuk anak-anak adalah £2.2 per anak untuk single ticket dan £4.4 untuk return. Sedangkan harga orang dewasa adalah £4.3 untuk single dan £8.6 untuk return. Selain itu, ada harga tiket berdiskon untuk anak-anak yang punya kartu Oyster berfoto seharga £1.6 untuk single dan £3.2 untuk return dan tiket berdiskon dewasa yang punya Travelcard atau Freedom Pass seharga £3.2 single dan £6.4 return. Harga tiket menggunakan kartu Oyster pay as you go juga sama dengan harga tiket berdiskon di atas. Tersedia juga tiket langganan (multi-journey) dan sewa private cabin. Tarif selengkapnya bisa dilihat di: http://www.tfl.gov.uk/tickets/23851.aspx. Pemesanan tiket dapat dilakukan di Emirates Royal Docks Terminals dan Emirates Greenwich Peninsula yakni terminal pada kedua sisi sungai.

Duduk nyaman di kendaraan milik Emir
Anak-anak bisa diandalkan :)
Pemandangan dari atas kereta cukup menyenangkan, sayang hanya sebentar saja. Tidak lebih dari 6 menit.

London O2 Arena
Thames River
Baru saja meninggalkan Emirates Royal Docks Terminals
Kota London di lihat dari atas Thames River
Perjalanan 6 menit itupun berakhir dengan senyuman dan lambaian orang-orang di layar lebar.
Di luar Emirates Greenwich Peninsula
Di taman London O2 Arena
Seputaran London O2 Arena, menuju statiun tube
Selepas itu, perjalanan kami berlanjut ke gedung baru yang di klaim sebagai gedung tertinggi di Eropa yakni
London Bridge Shard Building. Gedung ini baru saja ditunjukkan ke publik. Sebetulnya gedung ini belum selesai sempurna, dan masih kosong. Pengunjung sudah diperkenankan untuk naik ke puncak yang konon dari sana bisa melihat keseluruhan Kota London. Sayangnya karena waktu yang sudah mepet dan harga tiket yang sangat mahal (£130 untuk keluarga), kami memutuskan untuk tidak menaikinya.

Zombie bagi-bagi brosur pertunjukan theatrical
Shard Building, bangunan biasa yang dipuji luar biasa.
Memang hari itu perjalanan kami penuh keberuntungan. Setelah menaiki Cable Car, melihat Shard Building, kami juga berkesempatan melihat pelangi yang menaungi London Tower Bridge dan juga momen saat tower bridge di buka karena ada kapal yang hendak lewat.

Gedung apa ada dimana?
Kita ada dimana?
Tower bridge dengan ring olympic
Pelangi diatas London Tower
Happy family at happy land
Shard Building dilihat dari Tower Bridge
Berpose dengan latar Tower Bridge yang sedang membuka
Tower Bridge
Di atas Tower Bridge, jalan ditutup, jembatan diangkat dan kapalpun lewat.
Setelah menaiki Cable Car, melihat Shard Building, menikmati Pelangi di atas Tower Bridge, saatnya untuk kembali. Waktu yang tersisa hanya belasan menit saja, padahal kami harus berjalan menuju stasiun tube terdekat, naik tube selama 5-10 menit, mencari platform Eastcoast Train menuju Newcastle. Stasiun terdekat dari posisi kami saat ini (Tower of London) adalah stasiun Tower Hill. Namun kami tidak memilih stasiun tersebut karena rute dari Aldgate ke Kings Cross tidak beroperasi, ada maintenance work. Kami berlari menuju stasiun Monumen yang cukup jauh. Untung tak dapat diraih, stasiun tersebutpun ternyata sore itu sudah ditutup juga. Di tengah kepanikan, akhirnya kami memutuskan untuk menyeberangi Sungai Thames menuju Stasiun London Bridge, tempat kami pertama sampai tadi.

Raining runners, berdoa semoga keretanya delay.
Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, Engkau mudahkan perjalanan kami saat itu dan telah engkau perkenankan kami melihat dari dekat belahan dunia lain yang sangat jauh dari kampung halaman kami.

Thursday, 26 July 2012

Junior Games Challenge



Wakil Newcastle untuk kategori Girl 9-10 years 100m
Senin, 9 Juli 2012 lalu adalah hari yang istimewa. Mestinya sore itu aku sedang bertugas di Royal Victoria Infirmary Hospital. Tapi tidak, aku sengaja mengajukan cuti demi menyaksikan momen istimewa ini.

Nada dengan latar belakang poster kegiatan
Hari itu aku sudah berjaji dengan Nada untuk mengantar dan memberikan support untuknya. Hari itu dia akan mewakili Kota Newcastle dalam Diamond Jubilee 2012 Junior Games di Gateshead International Stadium. Beberapa hari yang lalu dia berhasil keluar sebagai Juara 2 dalam lomba yang sama untuk tingkat Kota Newcastle.
Berpose di depan pintu masuk stadium

Nada siap untuk pemanasan

Pemanasan

Serius menyimak pidato pembukaan

Sebagian peserta wakil Newcastle

Masih pidato pembukaan

Peserta lomba kali ini mayoritas adalah penduduk lokal yang berkulit putih. Yang saya ingat hanya ada tiga peserta yang bukan berkulit putih. Kalau melihat postur tubuh, terus terang saya kasihan juga melihat Nada. Dia yang paling mungil pada group yang dia ikuti, yakni Event 5 Girl 9-10 years untuk lari jarak 100 m.
Kategori lomba dan nama-nama peserta
Di sela-sela pertandingan, kami menyempatkan diri untuk berdialog dan berfoto bersama dengan Walikota Gateshead dan beberapa tokoh olah raga Gateshead. Walikota sangat mengapresiasi kehadiran Nada yang mewakili Kota Newcastle, karena Nada bukanlah Geordie (etnis asli Newcastle). Apalagi Nada tampil dengan mengenakan jilbab, dan dia adalah satu-satunya peserta yang memakai jilbab. Jumlah peserta pertandingan ini mencapai seratusan anak. Semoga kehadiran Nada dengan jilbab itu sedikit banyak mengubah cara pandang para bule ini terhadap jilbab.
Bersama Walikota Gateshead dan tokoh olah raga Gateshead.
Aku tidak begitu peduli dengan hasil pertandingan tersebut. Aku bangga karena meskipun berada dibelakang pelari lain, Nada tetap semangat dan tetap berusaha mencapai garis finish.
Peserta Girl 9-10 years 100 m sedang bersiap sedia.

Yak...lomba sudah dimulai
Pemenang kategori girl 9-10 years 100 m
Teruslah berusaha, Insya Allah suatu saat nanti, impianmu akan tercapai Nada

Selesai pertandingan, kami menyambut Nada dengan bangga. Meskipun tidak berhasil mendapat medali, bagi kami Nada adalah pemenang. Dia berhasil mengalahkan rasa mindernya. Prestasi yang dia capai saat ini juga adalah kebanggaan kami orang tuanya.