“We
are Aberdeen Muslim. There are thousands of us. What is our contribution to our
community? Do we have a good mosque for pray, Islamic School for our children
and Halal Slaughter House? Brothers and sisters, we need to do this initiative.
”
Kami berempat di depan Beach Leisure Centre, Aberdeen. |
Demikian salah satu otokritik dan himbauan yang
disampaikan oleh khatib dalam khutbah Eid di Kota Aberdeen yang dipusatkan di Beach
Leisure Centre, Kota Aberdeen, United Kingdom.
Ribuan jamaah memadati hall basket di
komplek yang berlokasi dipinggir pantai tersebut. Kegembiraan terlihat jelas
dari wajah-wajah mereka. Memakai pakaian terbaiknya, mereka bersalaman,
berangkulan dan saling mendoakan dalam suasana penuh keakraban. Beberapa Muslim
asal Indonesia juga terlihat diantara jamaah.
Suasana sebelum pelaksanaan sholat Eid |
“Alhamdulillah, saya bisa berjumpa dengan
teman-teman dari Indonesia disini.” kata Luthfi. Tenaga kerja asal Indonesia
yang baru pindah ke Aberdeen tiga bulan lalu. “Saya sudah tiga bulan di sini,
namun baru kali ini bisa bertemu komunitas Indonesia. Saya bertugas di lepas pantai dan
baru ke darat sebulan ini.”
Sementara itu, Fitria Heny, muslim
Indonesia yang berdomisili di Newcastle tampak keheranan, “Kok sholatnya di
hall ya, padahal kan diluar ada lapangan luas dengan rumput yang sangat rapi.” Dokter
asal Payakumbuh ini mengaku sengaja datang ke Aberdeen bersama keluarganya
untuk membayar utang silaturrahim dengan saudara di Aberdeen, sekalian ingin
merasakan suasana I’tikaf dan shalat eid di sana.
“Ini adalah kali ketiga sholat Eid
dilaksanakan di Beach Leisure Centre.” jelas Denny, salah seorang tenaga kerja
asal Indonesia yang bekerja di salah satu perusahaan top di sana. Beliau
menambahkan, “Pelaksaan sholat Eid di gedung seperti sekarang lebih praktis dan
murah dari segi biaya. Jika menyewa lapangan, selain biaya sewanya tinggi,
panitia tetap mesti menyiapkan tenda dan alas di atas rumput untuk
mengantisipasi cuaca yang sering tak menentu. Akibatnya biaya yang dikeluarkan
menjadi sangat tinggi.”
Problem
Muslim Aberdeen
Kota Aberdeen adalah kota ketiga terbesar
di Scotland, sekitar 7 jam perjalanan dengan kereta dari London, dan terkenal sebagai kota minyak dan kota granit. Menurut data dari Islamic Association of Aberdeen & North East of Scotland, di kota ini terdapat sekitar 5000 muslim berserta keluarganya dan
umumnya bekerja di perusahaan minyak atau sebagai pelajar.
Refreshment selepas shalat |
Menurut Dolly, salah seorang penggerak
pengajian Indonesia di Aberdeen, Muslim Aberdeen hingga saat ini belum memiliki
satu bangunanpun yang layak disebut Masjid dan bisa menampung banyak jamaah.
Yang ada baru berupa ruangan rumah yang disulap menjadi tempat sholat.
Di bandingkan kota lainnya di United
Kingdom, masjid di Aberdeen memang sangat memprihatinkan. Penulis hanya
menemukan dua masjid saja di Aberdeen dan itupun hanya berupa rumah yang dimodifikasi
yakni Aberdeen Mosque dekat Aberdeen University dan Crown Terrace Mosque yang
berada dekat Aberdeen Rail Station. Keduanya sangat sempit dan tidak sanggup
menampung jamaah.
“Tanah kabarnya sudah tersedia, tapi ijin
pembangunan belum keluar dari City Council karena masih ada kendala yang belum
terselesaikan.” ujar Dolly tanpa menjelaskan kendala dimaksud.
Halal
bi halal Muslim Indonesia di Aberdeen
Selepas melaksanakan sholat Eid, puluhan
Muslim asal Indonesia beserta keluarga berkumpul di rumah salah satu warga
untuk melaksanakan halal bi halal. Acara dipandu oleh Rizal Yaya, mahasiswa PhD
bidang kebijakan publik di Aberdeen University dan diisi dengan kegiatan
ceramah oleh Ustadz Hulail dan pembagian hadiah kepada anak-anak.
Yosritzal Family dan Rizal Yaya Family |
“Kita memberikan hadiah kepada anak-anak kita
sebagai bentuk apresiasi kita terhadap prestasi dan effort dari mereka dalam
menjalankan ibadah Ramadhan.” kata Rizal Yaya. Pemberian hadiah di awali dengan
sharing kemajuan anak dari masing-masing orang tua.
Aktifis pengajian Aberdeen, dari kiri ke kanan: Anto, Rizal Yaya, Ustadz Hulail, Imad |
Beberapa ibu-ibu juga mendapatkan hadiah
kejutan dari tim tahsin karena berhasil menjawab quiz beberapa waktu
sebelumnya.
Menutup kegiatan pengajian, Rizal Yaya
mengingatkan, “Pengajian rutin kita adalah salah satu wadah kita untuk saling
mengingatkan dan saling menasehati. Semoga kelak kita dikumpulkan
kembali oleh Allah di syurga.”
===================
Dimuat di Dakwatuna.com tgl 22/08/2012 dengan link: