Saturday 18 September 2010

GEORDIE

Geordies keluar dari St. James Park Stadium setelah pertandingan.
Kita bisa tahu hasil pertandingan dengan melihat ekspresi wajah-wajah mereka.
Pertamakali bertemu dan berbicara dengan bule di Newcastle, membuat ku frustasi. Bahasa Inggris yang sudah ku pelajari selama puluhan tahun seperti tak berbekas sama sekali. Hanya beberapa patah kata saja yang ku mengerti. Ku piker, karena bule ini adalah bule Inggris asli dan berada di tanah Inggris juga, maka pastilah ini Bahasa Inggris yang sebenarnya. Pengajar di negeri asal ku kurang tepat dalam menjelaskan cara pengucapan kata per kata. Bayangan kesulitan menghadapi perkuliahan disini menghantui pemikiranku.


Perlahan namun pasti, pikiran demikian segera lenyap dari pikiranku. Ternyata para bule di kampus berbicara dalam bahasa Inggris yang hampir sama dengan apa yang selama ini kupelajari. Hanya beberapa istilah dan cara pengucapan saja yang agak berbeda. Tulisan Cashback, biasanya di Indonesia dibaca kesbek, sedangkan di kampus atau pusat layanan masyarakat, para bule menyebutnya kasbak. Tidak terlalu sulit untuk menebak maksudnya.

Lama-lama aku mulai mengerti, ternyata Bahasa Inggris yang selama ini kupelajari adalah American English yang berbeda dengan British English yang digunakan di Inggris. Sedangkan bule yang kutemui di Newcastle menggunakan Bahasa Geordie. Sepintas bahasanya mirip bahasa Inggris, namun ternyata sebenarnya dia merupakan suatu bahasa tersendiri yang berbeda dengan bahasa Inggris pada umumnya. Bahasa Geordie lebih mendekati logat Skandinavia.

Sebutan Geordie muncul pada permulaan abad ke-18. Pada saat itu orang-orang Newcastle mendekalarasikan dukungannya kepada Raja Inggris George I dan George II. Langkah ini berlawanan dengan warga Nurthemberland lainnya yang pada saat itu mendukung para Pemberontak Yakobit Skotlandia.
Warga Geordie tersebar di pinggiran sungai Tyne dalam wilayah Newcastle upon Tyne dan Gateshead. Berasal dari ras campuran antara Skotis, Anglo-Saxon dan Viking, warga Geordie ini sangat bangga dengan budaya dan bahasa mereka. Bahkan bagi sebagian warga Inggris, Dialeg Geordie sudah dianggap sebagai sebuah bahasa tersendiri. Kebanyakan para pengguna Bahasa Geordie ini tidak menyadari perbedaan bahasa yang mereka gunakan dengan Bahasa Inggris yang standard. Perbedaan itu kadangkala menyangkut cara pengucapan vocal dan kadangkala menyangkut penggunaan kata-kata tertentu yang berbeda dari struktur Bahasa Inggris yang standard. Peter Beardsley, seorang ikon sepakbola Geordie, bahkan dalam setiap wawancara televisinya terpaksa diberi subtitle Bahasa Inggris.

Warga Geordie ini memiliki keunikan tersendiri. Setidaknya ada dua hal yang menjadi ciri khas mereka yaitu pecandu sepakbola baik sebagai pemain maupun sebagai penonton. Kedua adalah pecandu pesta minuman keras.

Hampir seluruh warga Geordie adalah pendukung tim sepakbola Newcastle United. Sebutan buat mereka adalah Toon Army, Magpies atau Geordies. Setiap tim ini bertanding kandang, ribuan orang tua-muda datang berduyun-duyun ke St. James Park, markas tim yang pernah di arsiteki oleh Allan Shearer ini. Allan Shearer adalah pesepak bola Nasional Inggris kelahiran Newcastle upon Tyne tahun 1970 dan pernah memperkuat Tim Newcastle United selama beberapa periode.

Kebiasaan pesta minuman keras terlihat dari kebiasaan mereka berkumpul di bar-bar terutama setiap sore menjelang malam sampai tengah malam. Pestanya akan lebih meriah lagi pada malam minggu atau malam sebelum bank holiday. Pesta minuman keras tidak hanya didominasi oleh para orang dewasa. Bahkan anak-anak dan para remaja merekapun sangat menyenangi pesta minuman keras. Walaupun setiap pembelian minuman keras mesti menunjukkan identitas, entah bagaimana mereka selalu mendapatkannya. Kadang-kadang sehabis minum-minuman keras tersebut, mereka bertaruh. Taruhan yang menurutku sangat sia-sia. Mereka saling menunjukkan keberanian untuk duduk di tengah jalan raya sambil minum. Siapa yang paling lama duduk di sana tanpa takut tertabrak adalah pemenangnya. Satu kali, pernah seorang remaja putri tertabrak mobil setelah memenuhi tantangan temannya untuk memperlihatkan (maaf) payudaranya di tengah jalan raya kepada pengendara yang lewat. Selamat pada kali pertama, untuk memenangkan taruhan dia kembali melakukan aksinya. Malang baginya, dia tertabrak oleh kendaraan yang lewat dan akhirnya masuk dalam berita keesokan harinya.

Belakangan aku mendapat kabar bahwa pemerintah Inggris sudah mulai menekan konsumsi minuman keras. Tindakan ini dilakukan setelah melihat buruknya akibat yang ditimbulkan oleh minuman keras tersebut. Sama seperti upaya pencegahan kecanduan rokok, upaya inipun tampaknya membutuhkan waktu yang cukup lama. Pemerintah Inggris telah menerapkan upaya pencegahan kecanduan rokok melalui upaya antara lain: membatasi usia pembeli rokok, melarang mengisap rokok di area umum dan dalam ruangan (biasanya para perokok berdiri di sekitar tong sampah di luar ruangan), penyebaran seruan untukberhenti merokok dimana-mana serta pengobatan kecanduan merokok secara gratis di rumah sakit dan pusat layanan kesehatan. Untuk usaha pengurangan kecanduan minuman keras ini, masih belum terlihat upaya nyata dari pemerintah Inggris. Aku berharap Pemerintah Indonesia dapat meniru langkah-langkah pemerintah Inggris ini dalam upaya memerangi rokok dan minuman keras.

Referensi:

No comments:

Post a Comment