Friday 2 September 2011

Memaknai Eidul Fitri

Berpose dahulu sebelum memasuki lokasi Shalat Eid
Mengakhiri Ramadhan tahun ini, saya mencoba berbagi isi khutbah Eidul Fitri belasan tahun silam. Saat itu saya merayakan eidul Fitri di kampung halaman di pinggiran Danau Singkarak. Yang sangat berkesan dari khutbahnya itu adalah kemampuan sang khatib membawakan alur berpikir secara sederhana mengenai hakekat kemenangan di Hari Raya Eidul Fitri. Beliau menyitir Al-Quran surat Asy-Syam ayat 8-10 sbb:


Artinya:
8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaanya,
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya,
10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.


Dalam kesempatan tersebut, khatib menjelaskan bahwa:
Sesungguhnya Allah telah menyediakan dua jalan bagi tiap jiwa, yaitu jalan fujur/kefasikan dan jalan taqwa. Allah jelaskan karakteristik kedua jalan tersebut dan kemudian Allah tunjukkan kepada manusia itu mana yang baik dan mana yang buruk melalui Al-Furqon (Al-Quran). Allah beri tahu manusia bahwa dalam memilih jalan tersebut, godaan demi godaan dari syetan yang terkutuk pasti akan terus membayangi. Dengan godaan tersebut, jalan fujur menjadi terlihat lebih nikmat dan lebih menjanjikan kesenangan, namun pada hakekatnya jalan tersebut membawa kemudharatan yang sangat banyak dunia akhirat. Sedangkan jalan taqwa, terlihat begitu berat, penuh onak dan duri, berliku dan sangat panjang, padahal didalamnya penuh kenikmatan yang tidak saja bisa dirasakan di akhirat tapi juga sudah bisa dipetik buahnya di dunia.
Allah sudah menginformasikan kepada manusia bahwa, barangsiapa yang memilih jalan fujur, maka sebagai balasannya adalah neraka jahannam, sedangkan yang memilih jalan taqwa, balasannya adalah syurga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Tidak cukup demikian, Allah pun memberikan senjata kepada orang beriman yakni berupa doa. Selanjutnya, manusia diberi kebebasan untuk memilih.
Dengan kondisi sedemikian, ternyata manusia masih juga tertarik dengan jalan fujur. Godaan kenikmatan sesaat begitu menggirukan dan melenakan jiwa-jiwa pencinta dunia. Maka Allah pun menyediakan kesempatan kepada manusia untuk mensucikan dirinya, yakni dengan bertaubat kepada-Nya. Allah sediakan waktu sebulan penuh dibulan Ramadhan bagi manusia untuk melipatgandakan amal ibadahnya. Di bulan Ramadhan, Allah kunci para syetan penggoda dan Allah berikan reward yang berlipat ganda bagi yang melakukan amal kebaikan di bulan itu. Sepatutnya dengan demikian, timbangan amal manusia akan jauh lebih berat dari kefasikan yang pernah dilakukannya. Tapi benarkah demikian adanya?
Selanjutnya khatib mengajak jamaah untuk mengintrospeksi diri:
Mari kita introspeksi diri kita masing-masing. Adakah Ramadhan yang berlalu ini memberikan perasaan sebagai insan yang bertambah takut melanggar larangan-Nya serta lebih mencintai berbuat amal sholeh? Sudahkah jiwa kita bersih dari segala dosa dan kemaksiatan, hati kita bersih dari sifat iri dan dengki, harta kita bersih dari hak fakir miskin serta dari bagian yang bukan hak kita? Jika jawabannya sudah, maka Insya Allah sudah mengindikasikan bahwa kita termasuk orang yang berhak merayakan kemenangan di hari yang fitri ini.
Setelah diampuninya segala dosa kita oleh Allah SWT, jiwa kita kembali suci dan kita kembali seperti bayi yang baru lahir yang tidak berdosa sama sekali, akankah kita kotori lagi? Akan berkurangkah ghirah kita dalam melakukan amal kebaikan dikarenakan reward yang dijanjikan tidak lagi sebesar pada bulan Ramadhan? Sepatutnya jika kita jadikan Ramadhan sebagai bulan latihan, maka sudah sewajarnya reward dibulan itu dilipatgandakan dan setelah terbiasa, maka manusia tidak lagi berpikir sebatas reward yang akan diterimanya melainkan sudah menjadi kebutuhan baginya untuk melakukan amal sholeh sebanyak-banyaknya. Wallahu’alam.
Demikianlah SaSaRan kali ini, semoga bermanfaat buat saya sendiri dan juga buat kita semua. Semoga kita termasuk orang-orang yang berhak merayakan kemenangan tersebut karena telah mensucikan diri dan menjauhi jalan fujur. Selamat merayakan hari kemenangan Eidul Fitri 1432 H, mohon maaf lahir dan bathin.

No comments:

Post a Comment