Saturday, 14 April 2012

"You Will Never Walk Alone"


YOU'LL NEVER WALK ALONE

When you walk through a storm,
hold your head up high,
and don’t be afraid of the dark.
At the end of the storm,
is a golden sky and sweet silver song of lark…




Lagu You Will Never Walk Alone, mengiringi langkah kaki kami menyusuri ruang demi ruang stadion Liverpool FC. Stadion ini tergolong kecil untuk ukuran tim sekelas Liverpool. Kapasitasnya hanya 45.522 tempat duduk, atau satu setengah kali kapasitas Stadion H. Agus Salim Padang yang berkapasitas 28.000.
Lagu You Will Never Walk Alone sendiri merupakan lagu dalam sebuah drama musical tahun 1945 yang kemudian direkam ulang oleh banyak artis diantaranya Frank Sinatra, Elvies Presley dan Gerry & The Peacemaker. Di masa Shankley mengomandani Liverpool FC, lagu ini menjadi anthem club dan judul lagu ini menjadi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lambang klub Liverpool hingga saat ini.


Saya sudah mengenal Liverpool FC sudah sejak lama. Jauh sebelum saya mengenal Manchester United, Barcelona, maupun AC Milan. Bahkan jauh sebelum saya mengenal Klub Semen Padang dan PSP Padang yang merupakan klub kebanggaan urang awak.


Saya masih ingat, waktu itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Saya senang mengikuti serial kartun dari sebuah majalah anak-anak yang sering dikirimkan oleh sepupu dari Jakarta. Majalah itu menceritakan tentang petualangan seorang Raul Dijkstra, seorang pemain sepak bola profesional yang bermain di klub Liverpool FC. Dia sering berhasil mencetak goal namun tidak jarang dia kena marah oleh Manager Klub. Raul baru saja mencetak sebuah goal spektakuler karena dia berhasil melewati beberapa pemain lawan sebelum akhirnya mengecoh penjaga gawang lawan. Namun kemudian dia kena semprot oleh Manager Klub akibat aksinya tersebut. Pesan manager klub yang masih saya ingat adalah bahwa sepakbola adalah permainan tim, bukan permainan individu.


Saya senang bermain sepak bola tapi bukanlah penggemar klub sepak bola tertentu. Bagi saya sepak bola hanyalah permainan dan hiburan. Saya senang dengan gaya permainan Tim Nasional Brazil. Untuk level klub, saya menyenangi gaya permainan Eric Cantona dengan passing-passing yang terukurnya. Untuk klub, sepertinya saya tidak punya klub favorit, namun saya senang dengan klub yang tidak bertabur bintang. Ketika tim kecil berhadapan dengan tim besar, saya lebih cenderung memihak tim lemah tersebut. Saya juga senang dengan tim sepak bola yang diisi oleh pemain muslim yang taat beribadah seperti Demba Ba di Newcastle United. Hampir setiap shalat dzuhur di Masjid Kampus Newcastle University, selalu ketemu dia.


Pemain yang pernah saya benci adalah Paolo Maldini di AC Milan. Sebenarnya sebagai seorang bek, Paolo Maldini merupakan salah seorang bek terbaik dunia. Yang membuat saya tidak menyukainya adalah ketika pada salah satu pertandingan, seorang penyerang lawan telah berhasil melewatinya dan tinggal berhadapan dengan kiper. Saya tidak ingat persis siapa yang menjadi lawan klub AC Milan ketika itu. Untuk melewati Maldini, pemain tersebut menendang bola sedikit kencang dan kemudian mengejarnya lagi. Merasa terkecoh dan terlewati, Maldini berusaha menjangkau tangan pemain tersebut dari belakang dan memegangnya  dengan sangat kuat sehingga tidak bisa dilepaskan. Bahkan Maldini sampai terjatuh dan terseret oleh pemain tersebut sebelum akhirnya sama-sama jatuh. Saya tidak ingat bagaimana keputusan wasit ketika itu, namun bagi saya perbuatan Maldini tersebut sungguh tidak terhormat. Anehnya, kebanyakan pengamat bola membenarkan tindakan Maldini karena jika tidak demikian, maka 99% kemungkinan tercipta goal. Peraturan FIFA ketika itu masih membenarkan pemain melakukan tekel dari belakang.


Khusus untuk Liverpool FC, saya tidak banyak mengikuti permainan tim ini. Saya mulai tertarik dengan klub ini ketika salah seorang teman yang penggemar Liverpool berseloroh dan minta dibelikan sebuah jaket Liverpool. Saya heran, karena biasanya orang kita lebih suka Manchester United. Setelah saya perhatikan, selain karena sebagai klub lama, ternyata Liverpool mempunyai daya tarik tersendiri. Warna dasar dan lambang klubnya yang bertuliskan You Will Never Walk Alone cukup menginspirasi. Desain kaus dan jaketnya juga saya sukai. Akhirnya jadilah saya salah satu pemakai kaus dan jaket Liverpool.



Hal yang paling mendorong saya menyukai slogan ini adalah ketika salah seorang sahabat menulis tausyiah dengan latar belakang syair You'll never walk alone tersebut. Berikut saya kutipkan sebagian isi tulisan tersebut:


=====================




YOU'LL NEVER WALK ALONE

When you walk through a storm,
hold your head up high,
and don’t be afraid of the dark.
At the end of the storm,
is a golden sky and sweet silver song of lark…

Syair di atas adalah syair lagu kebanggaan salah satu klub liga inggris yang mempunyai fans terbanyak di dunia, Liverpool FC. Lagu yang berjudul "You'll Never Walk Alone" ini sangat berarti bagi klub tersebut, sehingga judul lagu itu dijadikan bagian yang tidak terpisahkan dari logo kesebelasan mereka. Dan lagu inilah yang kemudian menjadi sorak sorai stadion Anfield, demikian semangatnya, hingga konon kerasnya suara supporter Anfield lebih menggetarkan dibanding gemuruh pesawat boeing 737.

Kesebelasan ini, bersama legenda Beatles, menjadi identitas yang tidak terpisahkan dari kota Liverpool(no offense to Everton fans... :-). Ribuan orang yang turun ke jalan setelah mereka menjuarai piala Champion seakan menjadi bukti rasa kepemilikan mereka. Wajar jika para pemainnya mengatakan “di Liverpool, kami mendengar sorak-sorai pendukung kami baik yang berasal dari dalam stadion, dari luar stadion, maupun dari sudut-sudut kecil jalan kota Liverpool!

Di saat tertentu, penting bagi kita untuk merasa tidak sendirian di jalan dakwah. Apalagi jika tekanan dakwah dari segala penjuru terasa semakin berat. Jalan ini terlihat mulai lebih sukar dan lebih mendaki. Dalam saat-saat seperti ini marilah kita renungkan kembali orientasi-orientasi perjalanan ini, dan menghadirkan kembali wajah para pendahulu kita, para syaikh dan murobbi kita, sahabat-sahabat kita di dalamnya, para pendukungnya, ataupun orang-orang yang sekedar menitipkan harapannya kepada perjuangan ini.

Sesungguhnya jalan ini adalah jalan dimana kita memperjuangkan tauhid. Maka ketika kita menyampaikan ayat-ayat tauhid dalam ta'lim ke sekeliling kita, satu per satu membersihkan syirik di sekitar kita, belajar ittiba kepada Rasulullah Muhammad SAW, meyakini, dan senantiasa menyegarkan keimanan kita terhadap hari pembalasan, insyaAllah kita berada di jalan yang juga dilalui oleh para pejuang tauhid sebelum, ataupun sesudah kita. Maka sungguh jalan yang kita lewati ini adalah jalan yang sama dengan jalan yang dilewati para nabi Allah dari Adam as, hingga Rasulullah Muhammad SAW maupun para sahabat dan tabiin

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ


Sesungguhnya jalan ini juga merupakan perjuangan kita untuk menjelaskan hakekat kemuliaan manusia, pembebasan terhadap penyembahan sesama manusia, serta pembelaannya terhadap kaum dhuafa. Di tanah air, kita bisa belajar kepada mereka yang jiwa tauhidnya melahirkan perjuangan kemanusiaan yang luar biasa, seperti Buya Hamka, Jendral Sudirman, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, Burhanudin Harahap, dan M Natsir. Di dunia internasional, tentu lebih banyak lagi.

إِنَّمَا ٱلسَّبِيلُ عَلَى ٱلَّذِينَ يَظْلِمُونَ ٱلنَّاسَ وَيَبْغُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(QS Fushilat: 42)

Memang benar, sebagaimana pertandingan sepakbola, orang yang berjuang di lapangan selalu lebih sedikit daripada yang menonton dan bersorak sorai saja. Orang yang bekerja siang malam di jalan dakwah jauh lebih sedikit daripada para penonton dan komentator yang tidak pernah diam. Tidak ada salahnya untuk mendengarkan dan ‘menikmati’ sorak-sorai mereka. Seperti juga dalam sepakbola, sebaik apapun kita, selalu ada kata-kata mereka yang dengki demikian pedas dan menyakitkan hati. Daripada menyibukkan diri dengannya, mengapa tidak mencoba mencari "sorak-sorai" lain, yang sesungguhnya jauh lebih bergelora, tetapi tetap sejuk di hati.

Sorak-sorai ini bisa berasal dari anak-anak di Palestina yang berseru dalam takbir mereka bersama batu-batu yang mereka lemparkan. Takbir mereka, dan takbir kita, adalah takbir yang sama yang pernah memenangkan Mekah, merebut Al Quds, menumbangkan Konstantinopel, menaklukan hampir 1/3 dunia di masanya, dan hingga sekarang bergema di setiap masjid di seluruh penjuru dunia. Sorak-sorai ini juga bisa berasal dari keluhan dan tangisan anak2x bangsa yang lemah dan terus menyenandungkan rindu mereka terhadap keadilan, dan mimpi mereka tentang kesejahteraan. Sorak-sorai ini, juga insyaAllah berasal dari bisikan doa ibunda dan ayahanda kita, anak2x kita, bersama semua doa orang shalih lainnya, yang senantiasa merajut harapan, dan menitipkan kebanggan untuk kalian, para pejuang tauhid dan kemanusiaan.

Jalan ini tidak sesunyi yang kita perkirakan. Jalan ini adalah jalan yang penuh dengan gemuruh tasbih, tahmid dan takbir para malaikat dan makhluk-makhlukNya di muka bumi ini dengan gegap gempita, sambung menyambung antar generasi, sahut menyahut antar teritori, yang tidak pernah berhenti menemani para nabi, pewarisnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Tentu, orang2x dengan kapasitas seperti kita, senantiasa merasa tidak layak disandingkan dengan perjuangan para nabi. Boleh kita katakan,That is out of our league! Tetapi kadang kita tidak bisa memilih di liga mana kita bisa bermain. Ada saatnya tiba-tiba kita sudah berada di lapangan pertarungan yang kita tidak pernah bisa bermimpi untuk ada di dalamnya, apalagi memenangkannya. Dan ketika beberapa langkah awal kita demikian buruk, dan  ketika komentar, cemoohan, hinaan, ancaman mulai menerobos telinga dan menyergap hati kita, saat itulah kita perlu mengingat dan mengazzamkan lagi orientasi2x kita, menghadirkan kembali wajah semua saudara seperjuangan kita dan berdoa sebagaimana doanya pasukan Thalut

وَلَمَّا بَرَزُوا۟ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ قَالُوا۟ رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
(QS Al Baqarah:250)

Setelah itu mari kita belajar mempercayai diri kita sendiri, dan semua saudara seperjuangan, kemudian mencoba berbuat yang terbaik yang kita bisa. Meminjam perkataan Bill Shankly: "you must believe that you are the best and then make sure that you are!" Apalagi perintah dari Allah SWT sudah jelas dan terang benderang:

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
(QS At Taubah:105)

Ya, bekerja. Karena hanya orang2x yang bekerja yang mampu merasakan pesona kebersamaan, nikmatnya perjuangan, indahnya pengorbanan, dan makna kemenangan. Di jalan Allah, kita tidak akan pernah berjalan sendirian...

Wallahu a'lam

Colchester, Ramadhan 1432H

Idham



======================

No comments:

Post a Comment