Sunday 17 June 2012

Hati-hati, Ada Copet di Angkutan Umum Kita


Sarung HP anti copet ala Ketawa.Com
Pernahkah teman-teman kecopetan di kendaraan umum seperti angkot dan bus kota atau ditempat lainnya? Pasti rasanya sangat tidak enak bukan? Ada rasa sedih kehilangan, ada rasa prihatin dengan orang yang kerjanya mencopet, dan ada rasa kesal juga ketika menyadari bahwa peristiwa tersebut didahului oleh beberapa kejanggalan, namun kita alfa dalam mewaspadainya. Saya pernah kecopetan dua kali, dan traumanya masih ada hingga sekarang.


Kasus Pertama

Peristiwa kecopetan pertama saya terjadi sekitar tahun 1994 ketika saya masih berstatus mahasiswa dan baru saja menjemput bekal dari kampung di pinggiran Danau Singkarak. Saya memilih lewat Padang Panjang dan mencegat bus dari Bukittinggi karena senang dengan pemandangan yang indah sepanjang perjalanan.  Ketika sampai di dekat bandara Tabing, naiklah seorang parlente berusia sekitar 35 tahun dengan sebuah tas besar namun ringan. Cara orang tersebut membawa tas ini agak aneh memang, kedua tangannya berada dibawah tas seperti Paskibraka yang sedang membawa bendera. Setelah masuk, dia tidak berusaha mencari tempat duduk, melainkan berdiri saja di pintu.

Setiba bus di Air Tawar, sekitar 2 km dari lokasi naiknya orang tersebut, sayapun bermaksud turun dari bus. Di pintu sudah ada kondektur bus. Saya meminta kembalian ongkos saya yang belum diberikan si kondektur. Karena kondektur agak berkelit, maka terjadi sedikit pertengkaran  antara saya dengan kondektur tersebut. Kondektur tersebut akhirnya menyerahkan kembalian yang saya minta, tapi saya menangkap kata-kata áneh dan bijak’dari kondektur tersebut. Dia memberi isyarat mata dan meminta saya untuk hati-hati.

Bus sudah berhenti, tapi saya masih terhalang oleh orang yang membawa tas besar di depan pintu. Tas yang dia bawa terasa mengganjal di sekitar paha saya. Kejadiannya tidak berlangsung lama, orang tersebut bergeser dan tiba-tiba saja jalan saya menjadi lapang. Tidak ada prasangka apa-apa sebelumnya, namun begitu turun dari bus, saya baru menyadari bahwa ada yang janggal dengan kejadian tersebut. Sayapun memeriksa saku celana di mana tas orang tadi sering bergeser dan … ya Allah...ternyata uang kertas sejumlah beberapa ratus rupiah sudah lenyap dari saku tersebut. Saya bersyukur, uang bekal dari orang tua saya taruh di tempat yang lain yang lebih aman.

Kasus Kedua

Kejadian kedua terjadi pada tahun 2001. Menggenggam sebuah buku lebar, saya berjalan di depan deretan toko emas di Pasar Raya Padang. Di saku baju depan saya ada sebuah barang yang waktu itu masih langka yaitu handphone hasil pinjaman dari adik saya. Ketika melewati sebuah gang, mata saya menangkap gerak-gerik mencurigakan dari seseorang. Matanya melihat tajam ke saya dan kemudian seperti memberi aba-aba ke temannya. Saya mulai waspada dan mencoba bergerak cepat, namun gerakan saya tertahan oleh segerombolan orang. Di belakang saya, orang yang saya curigai tadi menyentuh dompet saya sambil membungkuk dan membentak “hei jangan menghambat jalan, saya mau lewat!” tentunya dengan gaya bahasa preman Padang.

Perasaan waspada tadi langsung berubah menjadi curiga. Konsentrasi saya tertuju ke dompet yang kebetulan saat itu berisi uang yang lumayan besar. Sambil berdoa, saya melihat celah untuk menghindar di antara dua meja kaca tukang arloji. Malang bagi saya, buku yang saya pegang menyelip dan terjepit di tulangan sisi meja kaca tersebut. Sayapun terjepit di antara gerombolan tersebut.

Tiba-tiba jalanpun terkuak dan sayapun bisa berjalan dengan lega kembali. Tapi orang yang saya curigai sudah berada di depan dan tangannya memperlihatkan beberapa lembar uang ribuan dan kemudian menyembunyikannya. Sayapun memeriksa saku-saku saya. Dompet masih aman di tempatnya, uang ribuan di dua saku celana masih ada. Hmm…Alhamdulillah saya terhindar. Eeeet tunggu dulu, Handphone saya mana? Lenyap seiring lenyapnya orang tersebut. Ternyata tepukan di dompet dan ribuan yang diperlihatkan hanyalah bagian dari scenario pengalih perhatian.

Sejak kejadian tersebut, saya berusaha mengenali berbagai trik yang mungkin dilakukan oleh para pencopet ini. Dengan memahami cara kerjanya, sayapun Alhamdulillah masih dilindungi Allah dari beberapa kali usaha pencopetan berikutnya. (Hmmm..kenapa yah, kok saya selalu jadi sasaran copet? Apa kelihatan seperti orang berada atau karena bertampang bloon?).

Trik-trik copet

Untuk memperingatkan teman-teman semua, berikut saya sampaikan beberapa trik yang pernah terlacak oleh saya. Semoga dengan menyadari trik ini, semakin banyak yang terhindar dari kejahatan copet tersebut.
  1. Selalu ada hal yang janggal sebelum terjadinya pencopetan tersebut namun otak kita terlalu lamban untuk menyadarinya. Misalnya ketika ada rombongan orang naik bus jurusan Pekan Baru-SOLOK. Mereka mengaku agen bus dan menggiring seorang berwajah linglung dan menyuruhnya duduk di bangku serap (walaupun ada bangku lain yang kosong). Kemudian drama itupun berlangsung. Si penumpang mengaku TKI dari Malaysia dan hendak pulang ke SOLO. Di perjalanan dia dirampok dan seluruh hartanya dikuras. Yang tinggal hanya sebuah arloji berlapis emas dan berharga sangat mahal (bagaimana mungkin perampok melupakan yang satu ini ya?). Kemudian si ágen’menyampaikan bahwa bus tsb tujuan SOLOK bukan SOLO. Dia dijanjikan akan ditransfer ke bus lain, tapi dia harus bayar ongkos dulu. Si “calon penumpang” menyatakan tidak punya uang dan akan bayar ongkos dengan jam tersebut. Si ágen’yang baik hati mencoba membantu dengan menawarkan jam tersebut ke penumpang. Singkat cerita, kadang kala ada penumpang lugu yang berani membeli jam tersebut dengan harga mahal dan kemudian menyesal dan adakalanya juga tidak ada yang membeli, mungkin karena sudah tahu atau karena tidak punya uang. Yang pasti hampir setiap rombongan ini turun, ada saja penumpang yang menangis karena menyadari tasnya terbuka dan dompetnya lenyap.
  2. Hati-hati terhadap orang yang membawa tas besar, namun tangannya satu atau dua-duanya berada di bawah tas. Beberapa kali usaha pencopetan dilakukan dengan cara ini. Tangan yang tidak kelihatan itu biasanya akan bergerilya dari saku ke saku. Ingat kasus yang saya alami di atas.
  3. Hati-hati jika ada orang yang duduk merapat padahal masih ada bagian bangku yang kosong di sebelahnya.
  4. Hati-hati terhadap gerombolan orang yang naik kemudian melakukan kegiatan yang menarik perhatian. Pelakunya bukan itu, mereka hanya pengalih perhatian. Pelaku sebenarnya adalah yang berpakaian rapi, membawa tas seperti mahasiswa, dan duduk di bangku serap dekat pintu keluar angkot. Sasarannya adalah penumpang yang duduk di ujung bangku dekat pintu masuk. Saya pernah menyaksikan serombongan preman naik angkot kemudian menjamah paha anak SMA yang kebetulan roknya agak kependekan. Si siswi agak merengut, namun dia dikelilingi oleh preman tersebut. Semua mata tertuju pada peristiwa tsb dan saya merasakan ada tangan yang menjamah saku saya. Tangan itu berasal dari ‘mahasiswa’yang duduk di bangku serap dengan tas dipangku dan satu tangan di bawah tas. Begitu dia tahu bahwa saya sadar, diapun segera memerintahkan temannya untuk turun.
  5. Waspada terhadap hal-hal yang aneh. Misal orang yang naik angkot di depan Plaza Andalas dan turun di depan Masjid Taqwa, atau naik di depan RayaTheatre dan turun di depan Padang Theatre.
  6. Waspada terhadap jaket penumpang yang ditarok sampai menyentuh bagian tubuh kita, biasanya tangannya akan bergerilya dibalik jaket tersebut. Di Kota Payakumbuh, pernah seseorang duduk di sebelah saya. Cuaca sangat panas, namun dia membawa jaket. Jaketnya dilemparkan ke sebelah saya dan dia duduk di ujung jaketnya yang lain. Jaketnya berada antara saya dan dia dengan sebagiannya menutup pintu saku saya. Dia membuat gerakan-gerakan yang aneh dan kadang menyanyi sendiri. Tapi saya merasakan ada yang bergerak dengan sangat halus dibagian saku saya. Saya pun bergeser dan diapun segera minta turun tanpa membayar ongkos ke sopir.
  7. Waspada jika penglihatan kita terhalang oleh tangan seseorang yang patut diduga preman. Pelakunya bukan dia, tapi temannya yang lain yang kelihatan lebih terpelajar. Pernah suatu kali saya dan kakak saya duduk di bangku depan (CC) angkot. Ada dua penumpang naik dan kemudian minta turun, padahal angkot baru jalan 100m. Dia bukannya memberikan ongkos ke sopir, malahan minta uang dengan sedikit mengancam sopir. Tangannya dengan kasar ditempatkan menutup mata saya dan kakak. Satu orang lainnya menjulurkan map kertas masuk melalui jendela. Alhamdulillah, Kakak saya menyadari bahwa tangan orang tersebut berada di bawah map tersebut dan berusaha merogoh saku kakak saya.
  8. Jika bepergian berdua dengan angkot, hati-hati terhadap orang yang duduk di sebelah teman kita. Kadang-kadang tangannya memeluk teman kita dan kemudian turun kebawah menjamah saku kita.
Mungkin trik-trik ini sudah semakin bervariasi. Oleh karena itu selalulah waspada. Jangan membawa barang berharga atau menaruhnya pada tempat yang mencolok dan mudah diambil orang. Menempatkan di tempat yang bisa dipantau penting, tapi ingat bahwa perhatian kita sangat mudah dialihkan pada hal-hal yang aneh. Jika bepergian dalam rombongan, sebaiknya saling menjaga dan mengawasi satu sama lain. Jangan beri kesempatan kepada pelaku untuk melancarkan aksinya.
Wallahuálaam, saya tulis artikel ini sebagai peringatan bagi kita semua. Semoga Allah melindungi kita dari kejahatan para pencopet tersebut dan semoga Allah memberi mereka petunjuk untuk meninggalkan profesi hina tersebut dan beralih ke mencari rezeki dengan jalan yang halal.

No comments:

Post a Comment