Friday 19 April 2013

Professor Pengais Sampah


Dia adalah professor pembimbing disertasi saya. Usianya sudah melebihi masa pensiun. Sudah beberapa tahun ini dia tidak menerima gaji lagi dari negara karena sudah pensiun. Namun kampus tetap masih membutuhkannya sehingga tetap memperpanjang masa pengabdiannya atas biaya kampus. Saat ini, dia merupakan salah satu professor terproduktif di group riset kami. Dia banyak mendatangkan proyek dengan biaya besar ke universitas yang berimbas ke banyaknya publikasi. Tapi bukan itu yang hendak saya tulis disini, juga bukan mengenai cara dia dalam membimbing mahasiswanya. Ini adalah cerita langka yang tidak semua orang mengapresiasi yakni kecintaannya pada pemeliharaan lingkungan.

Saat itu group kami kedatangan tamu dari Indonesia. Karena saya adalah salah satu mahasiswa asal Indonesia, maka saya pun diajak ikut serta dalam pertemuan. Saat itu para peserta pertemuan disuguhi makan siang berupa burger, cake, buah, dan jenis makanan standard lainnya. Selesai makan, si professor dengan aktif mengumpulkan piring-piring yang diletakkan oleh para peserta di meja. Kemudian dia memilah sampah makanan tersebut berdasarkan jenisnya: sampah organik, sampah yang bisa di daur ulang dan sampah umum. Kemudian dia membawa dan memasukkan sampah tersebut ke tong sampah yang bersesuaian yang tersedia dalam ruangan. Saat itu saya pikir, mungkin dia sedang “mengajari” kami dan para tamu mengenai bagaimana mereka (Inggris) memperlakukan sampah sehingga wajar saja dia mau bersusah-susah mengumpulkan sampah padahal ada tenaga CS.

Pikiran tersebut sedikit terbantahkan ketika pada suatu konferensi di kota lain, kembali si professor mengumpulkan sampah-sampah dari para peserta. Padahal para peserta adalah para dosen dari berbagai universitas termasuk yunior-yunior beliau dan kami, mahasiswanya. Saya berusaha menolak dan menawarkan untuk mengambil alih tugas mengumpulkan sampah tersebut. Namun dia bersikeras sehingga saya harus mengalah. Para dosen yang lainpun membisikkan bahwa si prof itu memang begitu, hobby mengumpulkan sampah.

Pernah juga suatu kali ketika saya hendak menyampaikan materi pada sebuah seminar dan beliau sebagai pembawa acara. Di ruangan terlihat beberapa kertas berserakan. Tidak di sangka, si Prof pun membungkuk di sela-sela meja untuk mengumpulkan sampah-sampah tersebut dengan tangannya sendiri kemudian memasukkannya ke tong sampah. Anehnya yang lain hanya memperhatikan saja, tidak hendak membantu.

Di ruangan kerja beliau, terdapat sebuah tong sampah biru yang biasa digunakan untuk bahan-bahan yang bisa di daur ulang. Sekantong tutup botol plastic juga terdapat disamping tong sampah tersebut. Sekretaris pribadinya pun hanya bias geleng-geleng kepala melihat tindakan beliau itu.

Penasaran, akhirnya saya pun menanyakan kepada beliau. Kenapa beliau senang mengumpulkan sampah tersebut. Beliaupun menjawab, bahwa pekerjaan mengumpulkan dan memisahkan sampah itu hanyalah pekerjaan kecil dan ringan saja, namun manfaatnya untuk keberlangsungan alam ini sangat besar. Sayangnya banyak orang yang tidak peduli. Sampah-sampah itu akan dibuang sembarangan dan tidak terpisahkan antara yang organik, daur ulang dan sampah umum walaupun tong untuk masing-masing jenis sampah sudah disediakan. Kalau kita tidak bertindak maka lingkungan ini akan lebih cepat rusaknya.

Begitulah keunikan dari professor ini. Padahal usianya sudah sangat tua dan beliau sangat dihormati. Dia bisa saja meminta bantuan kami para mahasiswanya atau para dosen yuniornya untuk melakukan yang diinginkannya. Toh sampah juga sampah kami, sehingga tidaklah terlalu menjadi persoalan. Dia juga punya sekretaris yang bisa dia mintai tolong, atau CS yang memang bertugas untuk itu. Tapi dia lebih cenderung melakukannya sendiri sebagai salah satu kontribusinya menjaga lingkungan. Bukan untuk dirinya karena dia sudah sangat tua, tapi untuk generasi-generasi mendatang. Semoga ada hikmahnya.

Copas dari blog saya lainnya: http://staff.unand.ac.id/yosritzal/2013/04/20/professor-pengais-sampah/

No comments:

Post a Comment