Wednesday 10 August 2011

Empat hari kerusuhan London


Toko terbakar di Tottenham (foto dari Guardian.co.uk)
Baru saja menulis tentang keindahan London, sekarang suasananya sudah jauh berbeda. Di mulai dengan berkumpulnya sekelompok remaja yang menuntut Polisi menjelaskan kasus kematian Mark Duggan, seorang pimpinan gangster di daerah Tottenham, London. Beragam versi cerita mengenai kematian Mark Duggan bermunculan, salah satunya yang paling banyak diyakini adalah dia meninggal karena ditembak oleh Polisi. Polisi beralibi bahwa Mark Duggan menembak polisi terlebih dahulu. Namun belakangan keterangan resmi dari sebuah organisasi menjelaskan bahwa senjata yang ditemukan tidak menunjukkan tanda-tanda telah ditembakkan.



Protes damai anak muda ini entah kenapa tiba-tiba berubah menjadi kerusuhan yang berujung pada pembakaran dan penjarahan toko-toko. Kejadian yang tadinya lokal, dengan cepat menjalar ke berbagai wilayah di Kota London. Isu yang beredarpun sudah berubah dari sekedar protes atas kesewenang-wenangan polisi ke isu ketidakadilan, kemiskinan dan lebarnya jurang antara si kaya dan simiskin, penghapusan/pemotongan subsidi pendidikan, kesehatan, dan pensiun oleh pemerintah, kesulitan mendapatkan kerja dsb. Namun secara sederhana, mungkin bisa dikatakan bahwa anak muda ini menginginkan hidup seperti sikaya yang punya iPad, sepatu bermerek, baju dan celana bermerek, namun orang tuanya tidak mampu membelikan karena sudah tidak bekerja lagi. Akibatnya mereka mencari cara sendiri untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Salah satu teriakan anak-anak tersebut adalah bahwa mereka mampu berbuat apapun yang mereka mau. Memang hukum disini sangat memanjakan anak-anak ini. Mereka tidak tersentuh hukum dan orang dewasa tidak berhak menegur mereka. Kebetulan saat ini mereka sedang menjalani libur musim panas yang menyebabkan mereka tidak punya aktifitas. Energi mereka yang besar akhirnya mengarahkan mereka untuk mengikuti kemauan mereka.

Penjarahan di Birmingham (Foto dari BBC.co.uk)
Polisi menuduh salah satu jaringan sosial dari Blackberry dijadikan sebagai sarana penyebaran info yang memicu semakin tersebarnya kerusuhan. Polisi tidak dapat berbuat apa-apa karena Polisi disini tidak banyak yang memiliki keahlian penanggulangan huru-hara. Maklum karena kejadian seperti ini sudah lama tidak pernah terjadi di Inggris.

Setelah London, dengan cepat kerusuhan dan penjarahan menjalar ke berbagai kota seperti Birmingham, Liverpool, Nottingham, Bristol, Manchester serta berbagai kota kecil lainnya. Isu yang beredarpun sudah beragam. Pelakunya sudah bukan lagi kulit hitam tapi juga banyak pelaku kulit putih. Isu sentral tetap kemiskinan dan dibumbui dengan isu imigran, anti kebijakan pemerintah dsb.

Liverpool (foto dari BBC.co.uk)
Sejauh ini belum ada terdengar korban warga Indonesia. Namun seorang mahasiswa Malaysia terluka dibagian mulut dan hartanya dirampas. Peristiwa ini sempat terekam kamera dan tersebar luas di Internet. Di Birmingham, tiga orang warga British Asian Muslim sepulang dari masjid, ditabrak dengan mobil yang menyebabkan dua tewas ditempat dan satunya lagi tewas di rumah sakit. Sebelumnya, di London, satu orang ditemukan tertembak di dalam mobilnya dan kemudian meninggal di rumah sakit.

Alhamdulillah saat ini kerusuhan sudah mulai berkurang. Newcastle yang dikhawatirkan akan juga ketularan karena banyaknya etnis di sini, Alhamdulillah sejauh ini masih aman.

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah di dunia. Anak muda tidak bisa dilepaskan tanpa bimbingan yang memadai. Masa liburan sekolah, anak-anak muda ini harus disediakan kegiatan supaya energi mereka yang besar tidak digunakan untuk hal-hal yang destruktif. Semoga kerusuhan segera berakhir dan kedamaian kembali hadir. Semoga Allah melindungi semua orang tak bersalah. (Ritzal405).

No comments:

Post a Comment