Setelah sebelumnya mengunjungi Hyde Park, kali ini kami makan siang di Regent's Park. The Regent's Park merupakan taman terluas di pusat kota London. Di masa raja Hendry VIII, taman ini digunakan sebagai lahan berburu. Kondisinya tentulah sudah sangat jauh berbeda dibanding saat Hendry VIII berkuasa.
Denah Regent's Park berada di semua pintu masuk taman. |
Tidak disangka di Kota Besar setua London ini begitu banyak ditemui taman-taman luas yang tertata rapi seperti Regent's Park ini. Taman ini semakin indah dengan banyaknya bunga-bunga yang sedang mekar. Beberapa tupai terlihat berkejaran sambil menggigit buah-buahan dari pohon pelindung taman. Beberapa deret bangku santaipun dipenuhi oleh masyarakat yang sedang sama-sama menikmati makan siangnya. Di tengah taman yang luas ini, terdapat sebuah danau lengkap dengan pulau ditengahnya. Berbagai jenis burung bercengkerama di sekitar danau. beberapa di antaranya berkeliling di sekitar pengunjung menanti uluran makanan. Ooo akankah pemandangan begini bisa kunikmati di negeri sendiri? Pastilah akan jauh lebih indah dari taman di negeri empat musim ini. Bagaimana tidak, kembang di negeri ku bisa berbunga sepanjang tahun. Tapi apa mau dikata, rasanya mustahil berharap adanya taman di kota. Setiap ada lahan kosong, pastilah tak lama kemudian akan berganti dengan sebuah pusat perbelanjaan yang mematikan usaha pedagang kecil. Alangkah ironisnya.
Setelah menghabiskan hari ketiga di Regent's Park, hari ke-empat dan ke-enam kami habiskan dengan mengunjungi beberapa gedung penting seperti Buckingham Palace, National Museum, gedung pemerintahan dan objek wisata di Westminster seperti Big Ben, London Eye, Westminster Abbey (gereja tempat dilangsungkannya seremoni perkawinan Pangeran William dan Kate Middleton. Ini adalah kali kesekiannya aku mengunjungi lokasi ini. Sesungguhnya tak ada yang istimewa bagiku dengan kunjungan ke lokasi ini selain melihat gedung-gedung mati yang berdiri angkuh.
Hari ke-lima kami habiskan dengan melihat persiapan Olimpiade dunia yang akan di adakan si beberapa tempat di UK dengan pusat kegiatan di Olympic Stadium, London. Mungkin belum banyak yang mengenal stadium ini. Wajar karena gedung ini memang belum selesai dan masih dalam tahap finalisasi. Diseputar gedung stadium ini didirikan perkampungan atlet. Konon perkampungan atlet ini tidak dilengkapi dengan dapur. Para atlet nantinya akan dikumpulkan dalam suatu ruangan besar untuk makan secara bersama-sama. Tujuannya adalah untuk menjalin komunikasi dan saling kenal antar sesama atlet dari berbagai negara.
Tak puas mengunjungi stadium yang belum siap, beberapa teman mengajak untuk mengunjungi stadium Emirates (stadium yang menjadi markas klub liga primer Arsenal). Lokasi stadium ini kebetulan cukup dekat dengan King's Cross Rail Station, kalau menggunakan Tube dari King's Cross, cukup berhenti di station ke-2 tepatnya di Holloway Road. Stadium ini cukup megah dan punya lahan yang luas. Dibandingkan dengan stadium Chelsea, stadium the blues tidak ada apa-apanya. Namun jika dibandingkan dengan duo klub asal Manchester yakni Manchester United dan Manchester City, stadium ini masih kalah (setidaknya menurut saya). Barangkali karena berada ditengah kota dan terkepung oleh jalan dan bangunan lain, sehingga sulit menyediakan lahan untuk taman di stadium ini. Memasuki toko souvenir Arsenal di salah satu bagian gedung membuat kami sibuk memilih-milih...hmmm...jadi ingat lagu di salah satu film kartun anak-anak: "aku mau yang ini, aku mau yang itu..banyak sekaaleeee..hehehe...tapi akhirnya tak satupun yang terbawa ketika kami keluar ruangan tersebut.
Hari ke-tujuh atau hari terakhir kami habiskan dengan makan siang di salah satu fast food dekat King's Cross. Pada hari ini kebetulan merupakan hari terakhir pertandingan kricket antara England dengan India. Kami berencana akan menonton pertandingan tersebut disalah satu tempat yang memungkinkan. Alternatifnya adalah rumah salah seorang atau sebuah warung.
Kamipun menuju Camden Town. Sepintas lokasi ini sangat mirip dengan Cihampelas di Bandung. Ada banyak toko-toko yang menjual souvenir khusus dan bagian depan tokonya dipenuhi dengan patung-patung yang menempel di dinding. Ada yang berupa pesawat jatuh, ada yang berupa tokoh kartun lengkap dengan sayapnya, dan ada juga yang berupa binatang raksasa.
Selanjutnya kami melewati sebuah kanal kecil. Melihat ramainya orang yang berpose dan mengamati lokasi ini, termasuk salah satu statiun TV terbesar di Amerika, pastilah ada hal yang istimewa dengan kanal ini. Dugaan ku benar, kanal ini merupakan salah satu saran transportasi di sini yang bisa dilewati oleh perahu/boat kecil. Yang istimewa sebenarnya adalah sistem yang digunakan. Kanal ini permukaan airnya tidak sama tinggi sehingga untuk bisa dilewati oleh perahu diperlukan sebuah sistem tersendiri. Sistem ini bekerja dengan menggunakan sebuah bak yang bisa dikosongkan atau diisi air. Pada kedua ujung bak terdapat dua pintu, satu untuk permukaan air yang rendah (pintu 1) dan satu lagi untuk permukaan air yang lebih tinggi (pintu 2). Begitu ada boat dari permukaan air yang lebih rendah hendak masuk, maka pintu 1 dibuka dan pintu 2 ditutup. Boatpun masuk ke bak, kemudian pintu bak ditutup, dan airpun dialirkan kedalam bak sehingga permukaannya sama dengan permukaan air di segmen yang lebih tinggi (boat sudah otomatis terangkat). Selanjutnya pintu 2 dibuka dan boatpun melaju di segmen yang permukaan airnya lebih tinggi. Sistem sebaliknya berlaku untuk boat yang bergerak dari segmen yang permukaan airnya lebih tinggi ke segmen yang permukaan airnya lebih rendah. Sistem yang sederhana namun sangat berarti.
Selepas mengamati kanal, kamipun bergerak ke mencari sebuah alamat. Entah karena kurang menyimak saat teman-teman mendiskusikan lokasi tujuan kali ini, saya sedikit kecele. Saya pikir mereka akan mengunjungi rumah salah seorang temannya yang bernama Amy. Namun begitu mendekati lokasi, saya sedikit heran. Ada garis polisi dan banyak petugas berkeliaran disekitar lokasi baik yang berpakaian seragam maupun yang berpakaian preman. Di gerbang sebuah rumah, dua orang petugas berpakaian resmi dengan dasi, suit lengkap dengan earphone dan kaca mata hitam berdiri tegap penuh kewaspadaan. Puluhan kameramen dan reporter dari beberapa statiun TV terkenal sedunia juga berada dilokasi. Beberapa diantaranya sedang melakukan reportase langsung. Dengan keheranan, akupun bertanya ke teman tadi.
Aku: "Ada kejadian apa?"
Teman: "Ini rumah Amy Winehouse, mayatnya ditemukan kemaren."
Aku: "Hoo...Amy itu siapa? Apakah dia terkenal? Kok banyak wartawan meliput?"
Teman itupun memandang sedikit aneh padaku kemudian menjawab:
Teman: "Ya, cukup terkenal. Dia penyanyi."
Aku: "Hoo..." (sambil berpikir keras, siapa sih dia? kok rasanya nggak pernah dengar).
Kemudian akupun mulai memperhatikan tingkah para pengunjung. Ada banyak penggemar juga si Amy ini rupanya. Banyak yang menangis sambil menyiramkan air botol (alkohol) dan menarok karangan bunga. Para wartawanpun sibuk saling berebutan mewawancarai satu persatu para penggemar tersebut. Dalam hatiku berpikir...hmmm segitunya ya pada sosok artis ini. Seandainya dia orang sholehpun belum tentu aku akan melakukan hal yang sama.
Penasaran dengan siapa Amy, akupun membuka BBC di iPhone ku. Hmm...ternyata dia adalah penyanyi terkenal dan telah meraih banyak Grammy Award. Tragisnya kematiannya meskipun saat itu Polisi menyatakan "unexplained" tapi besar kemungkinan adalah karena over dosis. Na'uzubillah. Semoga Allah melindungi ku, keluarga ku dan seluruh orang ber-iman dari kematian dengan cara demikian.
Waktupun berlalu, dan kamipun hasrus kembali ke King's Cross mengejar kereta menuju Newcastle. Tugas berikutnya pun segera menanti.
Demikianlah sekelumit kisah petualanganku menghabiskan waktu lowong selama seminggu di London. Alhamdulillah, ada begitu banyak pengalaman dan manfaat yang diperoleh sehingga waktu yang ada tidak terbuang sia-sia. (Ritzal405).
No comments:
Post a Comment